Arif Budiyanto dari Tiket.com Bali dan Nusa Tenggara melihat langsung kesulitan pemilik bisnis penginapan dan prihatin karena banyak yang menutup bisnis mereka untuk sementara maupun selamanya akibat pandemi. Tetapi ia optimistis bisnis kembali ramai menjelang akhir tahun. Platform penjualan aneka tiket itu melakukan promosi, misalnya, tiket flexi hotel supaya pembeli bisa menginap di hotel kapan saja dan berlaku satu tahun.
Arif mengatakan, untuk men-trigger orang tetap bisa bepergian atau juga berlibur dengan harga yang memang cukup terjangkau.
Membanting tarif untuk bertahan, tidak bisa dilakukan semua hotel. Andriano menjelaskan, tidak mungkin hotel bintang lima memasang taris hotel bintang dua, misalnya. Selain itu, semasa pandemi, semakin banyak biaya untuk pengelolaan kebersihan kamar dan demi memastikan diterapkannya protokol kesehatan.
Di Indonesia, 2.000 dari lebih 29.000 hotel tutup. Sementara banyak hotel kesulitan, Dicky dari Azana, yang bergerak dalam beragam hotel dari kelas melati sampai berbintang dan resor, malah bahagia karena setiap minggu dia justru siap meluncurkan satu hotel baru.
“Bukan hanya survive. Kita bisa growing dan sekarang kita sudah masuk pada fase berikutnya yaitu actualizing untuk menyambut rebound bisnis hotel di tahun 2021,” katanya.
Bangkit juga menjadi dambaan Arsyad, karyawan bagian banket. Namun, alasan sebenarnya dia sangat ingin segera kembali bekerja, dia khawatir akan PHK permanen mengingat usianya yang sudah lebih dari separuh abad. Kekhawatiran yang sama dirasakan 40% karyawan Hotel St. Regis yang sedang dirumahkan.
“Mudah-mudahan pandemik ini cepat berlalu ya. Dan kita, yang laid off di hotel, bisa kembali kerja normal lagi walaupun dalam situasi normal baru," harapnya.
(Dani Jumadil Akhir)