JAKARTA - Perusahaan konstruksi milik negara atau yang biasa disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya kini sedang mendapatkan sorotan. Sebab, BUMN Karya menjadi salah satu dari tiga perusahaan plat merah yang memiliki utang besar.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, utang yang besar pada BUMN Karya karena penugasan pembangunan infrastruktur yang masif dari pemerintah. Namun sayangnya penugasan ini dilakukan di saat permintaan sedang lesu.
Baca Juga: Erick Thohir Sebut BUMN Masih Butuh Dana Segar
"Soal utang BUMN karya ini kan karena salah pemerintah sendiri karena kasih penugasan bangun infrastruktur tapi tidak melihat kondisi permintaan yang lesu," ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Minggu (24/1/2021).
Menurut Bhima, sebelum pandemi perusahaan BUMN ini diminta untuk mencari pembiayaan lewat utang untuk membiayai proyek infrastruktur. Sementara itu, setelah jadi utilitas dari para pengguna sangat rendah sekali.
"Sebelum pandemi BUMN diminta cari utang bahkan sampai ke china untuk buat proyek macam macam, jalan tol sampai bandara. Ujungnya utilitas pengguna rendah sekali, banyak proyek yang kesulitan bahkan untuk menutup biaya operasional setelah proyek berjalan," ucap Bhima.
Setelah itu, datanglah pandemi virus corona yang membuat rasio utang terhadap modal loncat. Bima memperkirakan akan ada mega krisis di perusahaan BUMN ini yang pada akhirnya butuh suntikan dana dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
"Datanglah pandemi yang buat rasio utang terhadap modal loncat. Ini saya kira akan ada mega krisis besar di BUMN, dan ujungnya butuh suntikan dana lebih dari APBN," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Riset CORE Piter Abdullah menyebut bengkaknya utang BUMN Karya ini karena banyaknya penugasan yang diberikan oleh pemerintah untuk membangun infrastruktur. Masifnya pembangunan ini membutuhkan biaya yang sangat besar.