"Alasan importasi beras 1 juta ton kembali mengulang kecurigaan bahwa data-data hasil panen, stok beras di gudang bulog, dan laporan produksi gabah kita tidak pernah akurat dan selalu menguntungkan importir pangan," kata dia.
Selain itu, impor beras yang tinggi, setiap tahun, di tengah pemerintah menggenjot produksi pangan melalui pembangunan waduk, cetak sawah baru hingga membangun food estate membuat publik bertanya-tanya hasil dari pembangunan tersebut terhadap sisi produksi pangan dimana letak keberhasilannya.
"Sebaiknya presiden memanggil para menteri untuk mengevaluasi kebijakan ini. Apalagi timingnya sedang panen raya," ucapnya.
(Fakhri Rezy)