Suku Bunga BI Dorong Tingginya Likuiditas Perbankan

Shelma Rachmahyanti, Jurnalis
Kamis 11 Maret 2021 17:03 WIB
Perbankan (Shutterstock)
Share :

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai restrukturisasi kredit perbankan hingga Februari 2021 mencapai Rp987,48 triliun. Sebagai informasi, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang telah memanfaatkan insentif tersebut sebanyak 6,1 juta debitur dengan nilai Rp338 triliun Rupiah.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, tingginya kondisi likuiditas perbankan itu juga didukung oleh arah suku bunga Bank Indonesia (BI) dan pelonggaran kebijakan moneter lainnya.

 Baca juga: OJK Catat Bank dengan Modal Inti Rp1 Triliun Hanya 1 Unit

“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sejak tahun 2020 yang lalu BI sudah menurunkan suku bunga acuannya sekitar 1,5% sejak awal 2020, dan selain itu juga BI juga menginject likuiditas ke industri perbankan ya kurang lebih sebesar 700 triliun lebih sejak Januari 2020,” jelasnya dalam acara Market Review IDX Channel, Jakarta, Rabu (10/3/2021) kemarin.

Menurut dia, selain kondisi likuiditas yang terjaga tingginya likuiditas tersebut juga dipengaruhi oleh permintaan kredit yang masih relatif rendah.

 Baca juga: OJK Wanti-Wanti Bank yang Ingin Tambah Modal dari Right Issue

“Di sisi lainnya penempatan dana di dana pihak ketiga ke perbankan ini masih tetap tumbuh ya kalau kita lihat di akhir tahun lalu ini masih tumbuh 11% per Januari tahun ini masih tetap tinggi di kisaran 10%nan. Sehingga itu yang menyebabkan khususnya yang memang mendorong tadi tingginya likuiditas itu,” ujar Josua.

Sementara itu, menurut Josua, berdasarkan beberapa data dapat terlihat bahwa ekonomi Indonesia sudah membaik tetapi belum kembali ke kondisi normal di mana sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Hal tersebut menyebabkan permintaan kredit masih relatif lemah dan pada akhirnya likuiditas perbankan cenderung masih terjaga dengan baik.

“Kalau kita lihat juga beberapa data misalnya kemarin ada data survei penjual eceran, survei indeks konsumen dari BI, dan juga ada data inflasi di awal tahun ini kita lihat data-data ekonomi kita membaik tapi masih belum kembali ke level normal sebelum Covid. Sehingga itu menyebabkan aktivitas dari sisi produksi-produksi ekonominya pun ini masih lemah,” ucap dia.

(Fakhri Rezy)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya