Tak Jahat, Beberapa Hacker Ini Malah Hasilkan Rp576,6 Miliar

, Jurnalis
Kamis 11 Maret 2021 16:16 WIB
Personal Finance (Shutterstock)
Share :

HackerOne, yang berbasis di California, mengenakan biaya langganan pada perusahaan yang menggunakan platform-nya.

Seorang bug bounty-hunter asal Inggris, Katie Paxton-Fear, yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Universitas Metropolitan Manchester, mengatakan ia berburu galat saat waktu luang.

Walaupun duitnya lumayan, ia berkata ini bukan aktivitas yang bikin cepat kaya.

"Saya dapat sekitar £12.000 (Rp240,4 juta) dalam 12 bulan," ungkapnya.

"Saya ingat menemukan galat pertama saya dan benar-benar gemetaran dan menyadari: 'Wow saya baru saja menyelamatkan banyak orang dari cacat yang cukup besar'," tambahnya.

Platform serupa yang disebut YesWeHack, berbasis di Prancis, mengatakan 22.000 hacker mereka telah melaporkan dua kali lipat jumlah galat pada 2020 daripada tahun sebelumnya.

Mereka tidak mengungkap berapa banyak hadiah uang yang dihasilkan melalui layanannya.

"Mengingat risiko baru dan pentingnya keamanan siber dalam keberlangsungan ekonomi perusahaan, semakin banyak petugas keamanan informasi yang mengandalkan para bug bounty," kata kepala eksekutif YesWeHack Guillaume Vassault- Houlière.

Platform lainnya, BugCrowd, mengatakan mereka menerima peningkatan pelaporan sebesar 50% dalam 12 bulan terakhir.

Skeptis

Program bug bounty komersial semakin populer dalam lima tahun terakhir, namun beberapa pakar berpikir bahwa ada kekurangan dalam sistem program itu sendiri jika ia terlalu diandalkan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya