Jadi Generasi Paling Boros, Milenial Diajak Berinvestasi

Wahyudi Aulia Siregar, Jurnalis
Sabtu 22 Mei 2021 19:06 WIB
Tips Investasi Bagi Generasi Milenial. (Foto: Okezone.com)
Share :

Pintor mengingatjan, investasi selayaknya bukan ditujukan untuk jangka pendek. Bukan investasi sekarang dan nikmati hasilnya satu minggu, satu bulan, atau satu tahun, melainkan idealnya investasi dilakukan untuk kebutuhan sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun ke depan.

"Nah, salah satu pilihan investasi jangka panjang yang memberi potensi return terbesar adalah dengan membeli saham di pasar modal," pungkasnya.

Jika ada sekelompok investor yang berinvestasi dalam jangka pendek dengan memanfaatkan strategi teknikal dari kenaikan dan penurunan harga saham yang dinamis di Bursa Efek Indonesia (BEI), hal ini lebih tepat disebut sebagai spekulasi dibandingkan investasi. Dibandingkan investasi yang memang fokus pada tujuan jangka panjang, para investor spekulan harus punya pengetahuan menganalisis fluktuasi saham dan siap untuk kehilangan dana investasinya sewaktu-waktu.

Sehingga, harus punya nyali yang kuat saat terombang-ambing oleh arus fluktuasi pasar. Di sisi lain, investor jangka panjang bisa tetap tenang karena hasil yang diinginkannya bukan untuk waktu yang singkat.

"Coba kita bayangkan seandainya saat ini kita membeli satu saham perusahaan di BEI di saat harga saham sedang turun karena dampak pandemi yang belum berakhir. Harga saham yang sedang turun saat ini menjadikan momen ini waktu yang baik untuk memulai berinvestasi saham karena kita dapat menikmati potensi keuntungan di masa mendatang," terangnya.

Salah satu keuntungan dari investasi saham, sebut Pintor, adalah dari selisih harga jual dan beli yang disebut capital gain. Selain itu, ada pula keuntungan dalam bentuk dividen saham yang dibagikan tiap tahun oleh perusahaan kepada pemegang saham.

Sehingga, jika kita membeli saham dengan harga rendah, akan semakin berpotensi memberi keuntungan besar dalam jangka panjang. Dengan catatan, abaikan fluktuasi dalam jangka pendek jika kita meyakini kinerja perusahaan secara internal baik.

"Mari kita lihat contoh saham PT Astra International Tbk (ASII). Seumpama kita membeli saham ASII pada bulan April 2004 atau 17 tahun lalu. Ketika itu, harga per lembar saham ASII terendah di harga Rp505. Pada bulan Juli 2010, harganya sudah di atas Rp5.000. Harga saham ASII terus naik hingga mencapai level di atas Rp9.000 per saham pada bulan April 2017. Sehingga, kenaikan saham sempat mencapai 1.600%," sebutnya.

"Jika bulan April 2004 kita menginvestasikan uang sebesar Rp10 juta dengan membeli saham ASII misalnya, maka uang kita akan bertambah menjadi Rp160 juta pada bulan April 2017. Luar biasa, kan? Jadi, kalau kita mau menyisihkan uang untuk menabung saham secara berkala pada perusahaan yang bagus secara fundamental, maka hasilnya dapat kita nikmati pada tahun 2045 saat merayakan HUT kemerdekaan RI satu abad, di mana kita dapat memanen potensi keuntungan yang relatif besar," tandasnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya