Kolaborasi itu, lanjut Luhut, dapat mencakup topik pemodelan energi, transisi dari energi fosil, teknologi energi bersih, dan energi bersih tingkat lanjut melalui kolaborasi G to G (Government to Government) dan lebih luas lagi terkait dengan investasi dan kemitraan.
Dalam langkah konkret, salah satunya melalui kolaborasi dalam perencanaan dan pelaksanaan percontohan sub-nasional untuk nol emisi karbon bersih misalnya di kawasan Bali.
"Dalam semua upaya ini, kebutuhan akan perubahan dan inovasi teknologi serta pembiayaan transisi adalah yang utama. Perubahan teknologi kewirausahaan dan keuangan yang inovatif sebagai kunci untuk mengubah ekonomi kita menjadi Natural Capital Carbon and Communities Superpower. Kami berencana untuk meluncurkan pusat keunggulan dalam teknologi dan keuangan selama masa G20 di tahun 2022," imbuh Luhut.
Ia menambahkan pemerintah Indonesia pun kini mencari sektor swasta untuk inovasi teknologi melalui kewirausahaan sektor swasta.
"Kami juga membutuhkan sebuah pusat seperti centre of future knowledge yang akan fokus pada peran alih teknologi, R&D oleh investasi swasta dengan akademisi dan penelitian global terkemuka dalam mewujudkan masa depan yang bahagia dan berkelanjutan di Indonesia," pungkasnya.
Luhut juga mengajak AS untuk bersama-sama membawa isu lingkungan dan perubahan iklim ke G20 pada tahun 2022.
Forum Perubahan Iklim Tri Hita Karana dihadiri oleh Utusan Khusus Presiden AS Perubahan Iklim John Kerry, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Presiden Conference of Parties 26 (COP26) Alok Sharma, Direktur Pelaksana, Kebijakan dan Kemitraan Pembangunan Bank Dunia Mari Elka Pangestu, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti, serta beberapa pejabat terkait lainnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)