Selain itu, perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki opsi untuk meminjam ke bank juga akan tetap melakukan penerbitan surat utang pada tahun ini meski dibayangi potensi kenaikan risiko. Selanjutnya, ia memperkirakan sektor perbankan dan multifinance tidak akan melakukan banyak emisi di sisa tahun ini. Pasalnya, sektor usaha tersebut masih memiliki tingkat likuiditas yang melimpah.
“Mereka masih sangat likuid, bahkan beberapa lembaga mengalami over likuiditas. Mereka menerima banyak dana pihak ketiga (DPK), tetapi penyaluran kreditnya tersendat,” imbuhnya.
Pada awal tahun ini, Pefindo memproyeksi penerbitan surat utang korporasi 2021 akan berada di kisaran Rp122 triliun hingga Rp159 triliun. Meski demikian, melihat kondisi pasar dan sentimen yang ada, Salyadi mengatakan Pefindo akan merevisi outlook ini dalam waktu dekat. Sebagai informasi, di paruh pertama tahun ini, Pefindo telah mengantongi mandat penerbitan surat utang senilai lebih dari Rp75 triliun.
Berdasarkan data Pefindo per 30 Juni 2021, jumlah mandat emisi yang telah diterima namun belum terealisasi adalah sebesar Rp75,58 triliun. Jumlah tersebut didapat dari 42 perusahaan yang berasal dari beragam sektor. Berdasarkan sektor, perusahaan induk memiliki rencana emisi terbesar yakni Rp13,75 triliun dari 2 perusahaan, diikuti konstruksi dengan rencana emisi Rp9,7 triliun dari 5 perusahaan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)