"Cukai tumbuh 18,2% turut didorong oleh efektivitas kebijakan penyesuaian tarif dan pengawasan operasi Gempur," ujarnya.
Untuk bea keluar tumbuh 888,7 persen didorong peningkatan ekspor komoditas tembaga dan tingginya harga produk kelapa sawit.
Selanjutnya, untuk PNBP yang pada Juli 2021 sebesar Rp242,1 triliun atau 81,2% dari target Rp298,2 triliun tumbuh 15,8% dibanding Juli tahun lalu Rp209 triliun.
“APBN mencerminkan kondisi ekonomi yang mulai menunjukkan suatu turn around yang ter-capture dari sisi pendapatan kita,” ujarnya.
Sementara itu, Sri Mulyani Indrawati mencatat defisit APBN mencapai Rp336,9 triliun atau 2,04% dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir Juli 2021.
“Posisi defisit APBN hingga Juli masih sesuai dengan target defisit APBN 2021 yang dipatok 5,7% terhadap PDB,” katanya.
Sri Mulyani menyatakan defisit tersebut terjadi karena hingga akhir Juli pendapatan negara baru mencapai Rp1.031,5 triliun atau 59,2% dari target yakni Rp1.743,6 triliun.
Realisasi ini meningkat 11,8% jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp922,5 triliun.
(Feby Novalius)