JAKARTA - Tingkat utang perusahaan di China berpotensi mengancam ekonomi yang lebih luas. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Regulator China terpaksa menghentikan perdagangan obligasi yang diterbitkan Evergrande, pengembang properti terbesar kedua di negara itu.
Baca Juga: Dolar AS Menguat Tipis di Tengah Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi China dan Penyebaran Varian Delta
Kekhawatiran bahwa perusahaan Evergrande tidak akan mampu membayar kewajiban utangnya mendorong aksi jual besar-besaran oleh investor, yang membanjiri bursa.
Penjualan secara besar-besaran obligasi yang dikeluarkan perusahaan itu - beberapa dijual hanya 26% dari nilai nominalnya - terjadi setelah Bloomberg melaporkan bahwa dua perusahaan besar pemberi kredit yang memberi pinjaman besar kepada Evergrande telah menuntut pembayaran segera.
Baca Juga: Eks Menkeu Ungkap Peluang RI Manfaatkan Pulihnya Ekonomi China-AS
Krisis di Evergrande terjadi hanya beberapa hari setelah perusahaan besar China lainnya, China Huarong Asset Management, merilis laporan pendapatan yang telah lama tertunda yang menunjukkan bahwa mereka rugi $15,9 miliar tahun lalu dan bahwa rasio utang terhadap ekuitas pada satu titik mencapai 1.333% atau meningkat lebih dari 13 kali.