JAKARTA - Evergrande terancam bangkrut. Perusahaan pengembang properti terbesar kedua di China itu masih berupaya untuk menempuh jalur perpanjangan tenor pembayaran di sejumlah bank.
Perusahaan ini disebut memiliki kewajiban mencapai USD305 miliar atau setara dengan Rp4.361 triliun (dengan kurs Rp14.300/USD). Analisis Panin Sekuritas, William Hartanto menilai bahwa pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak akan memberikan dampak signifikan terkait sentimen negatif raksasa properti China, Evergrande yang terancam bangkrut.
Baca Juga: Kasus Gagal Bayar Evergrande Bikin Investor Panik dan Pasar Saham Dunia Anjlok
"Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Terlalu dipaksakan jika mengatakan bahwa bangkrutnya emiten di luar negeri akan memengaruhi pasar negara lain, kecuali kalau ini ceritanya di emiten di Indonesia, baru ada efeknya ke IHSG karena memengaruhi kepercayaan investor," ujar William kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (21/9/2021).
Sentimen negatif dari Evergrande ini diketahui berdampak langsung terhadap sejumlah bursa di Asia, salah satunya Indeks harga saham acuan bursa Hong Kong (Hang Seng Index). Menurut William, hal tersebut wajar jika terjadi demikian.
Baca Juga: Wall Street Anjlok Dipicu Aksi Jual karena Krisis Evergrande
"Evergrande di China, jika efeknya kena di bursa China itu wajar. Mungkin karena kapitalisasi pasarnya juga besar," kata dia.
Dia turut menyarankan kepada para investor untuk tidak perlu ikutan panik terkait sentimen Evergrande. Pasalnya, potensi bangkrut perusahaan tersebut belum tentu terjadi.
"Pertama, itu baru potensi bangkrut, belum bangkrut beneran. Pun, engga ada hubungannya ke Indonesia kalau dia beneran bangkrut. Investor dalam negeri disarankan untuk melihat tren besar IHSG, dan jika menurut mereka masih aman, maka pelemahan ini jadi kesempatan buy on weakness. Menurut saya IHSG masih sideways, area 6.000 - 6.172," ucapnya.