Sekadar informasi, keduanya merupakan putra dari pendiri Djarum, Oei Wie Gwan. Sang ayah wafat tak berselang lama dari insiden kebakaran pabrik Djarum 1963. Lalu, keduanya melanjutkan roda operasi perusahaan rokok tersebut meskipun kondisi keuangan kala itu tengah berada di titik rendah.
Beberapa tahun kemudian, optimisme dan kegigihan mereka membuahkan hasil. Djarum mampu mengekspor produknya ke luar negeri pada 1972. Tahun-tahun selanjutnya, Djarum mampu memproduksi rokok Djarum Filter dan Djarum Super dengan bantuan mesin.
Tak hanya itu, kesuksesan mereka dalam mengelola Djarum juga berhasil mengantarkan keduanya pada pintu-pintu kekayaan lain. Sebut saja BCA. Melalui Farallon Indonesia (Faraindo) Holding Ltd., Hartono bersaudara memegang saham bank tersebut sebesar 51%.
(Dani Jumadil Akhir)