JAKARTA - Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengutamakan aspek keberlanjutan (sustainability) dengan memperkuat posisinya dalam penerapan prinsip atau kerangka kerja (framework) Environmental, Social, dan Governance (ESG) dalam bisnis panas bumi .
Menurut Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto, PGE berkomitmen menjaga keberlanjutan lingkungan, berkontribusi pada pertumbuhan perekonomian nasional dan daerah serta pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.
Baca Juga: Buru 1,1 Gw, Pertamina Geothermal Energy Operasikan 15 Wilayah Kerja
“Bisnis panas bumi merupakan bisnis yang memiliki orientasi jangka panjang dengan menghasilkan energi terbarukan yang ramah lingkungan,” ujar Ahmad, Senin (7/2/2022).
Karena itu, perusahaan yang direncanakan melakukan IPO pada semester pertama tahun ini memilih untuk menggunakan energi bersih yang terbarukan menjadi suatu prioritas dan dalam menjaga keberlanjutannya sangat perlu untuk menerapkan prinsip atau kerangka kerja (framework) ESG.
Baca Juga: PGE Produksi Listrik 4.618 GWh, 14% Lebih Banyak
Di level pemerintahan, sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia saat ini juga tengah bekerja keras menurunkan emisi gas kaca (GRK). Tahun lalu, Pemerintah Indonesia merevisi target pengurangan emisi gas rumah kaca-dengan upaya sendiri-yang tercantum dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dari 26 persen menjadi 29% pada 2030, salah satu tumpuannya adalah di sektor energi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT) termasuk di dalamnya panas bumi.
Sebagai bagian dari skenario besar pemerintah, sekaligus untuk mewujudkan komitmennya, saat ini dalam wilayah kerja panas bumi PGE telah memiliki kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.877 MW, yang terdiri dari 672 MW yang dioperasikan sendiri oleh PGE dan 1.205 melalui Kontrak Operasi Bersama.