JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, bahwa koordinasi global termasuk pembahasan exit strategy akan menjadi sangat penting di tengah pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Sri Mulyani pun menyebut kalau bekas luka ekonomi bisa berkepanjangan.
Maka dari itu, dia berharap pemulihan yang lancar, pertumbuhan kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
"Pandemi Covid-19 telah menyebabkan disrupsi ekonomi global yang mendalam, baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Seperti yang pernah terjadi, disrupsi tersebut, termasuk pengangguran yang tinggi, investasi yang lemah, dan produktivitas yang rendah, jika tidak ditangani dengan benar dan cepat, pasBACA JUGA:Sri Mulyani Waspadai Inflasi di Negara Maju, Ancaman Pemulihan Ekonomi
Bekas luka ini dapat menghambat pemulihan sektor swasta serta menyebabkan dampak jangka panjang pada keuangan publik.
Hal ini juga dapat mempengaruhi baik sektor riil maupun sektor keuangan.
"Pada akhirnya hal ini akan menghambat kemajuan menuju pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tangguh. Dengan latar belakang ini, saat dunia bergerak menuju pemulihan, ada kebutuhan yang mendesak
untuk mengatasi risiko yang berasal dari support exiting policy dan scarring effect," jelasnya.
Maka dari itu, dia mengatakan, penting untuk memastikan negara-negara "recover together" untuk menghindari ketidakseimbangan kian menumpuk.
Kebijakan ke depan harus dikembangkan dengan baik, terencana, dan matang.
"Kebijakan ke depan harus bisa mengembangkan exit strategy yang terkalibrasikan, terencanakan, dan terkomunikasikan dengan baik, dan mengidentifikasi strategi untuk mengatasi scarring effect dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi inklusif, dan tidak ada yang tertinggal," bebernya.
Selain itu, dia menyebutkan bahwa pandemi adalah pengingat keras dari kerentanan ekonomi global kita hingga guncangan yang non-tradisional.
BACA JUGA:Sri Mulyani Kantongi Rp23 Triliun dari Lelang SUN
Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar daripada pandemi.
Sehingga, G20 harus berperan dalam memerangi perubahan iklim, bukan hanya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga menemukan cara untuk meningkatkan dan mengarahkan lebih banyak pembiayaan untuk investasi dan teknologi berkelanjutan yang memfasilitasi aksi iklim.
"Kita perlu berkomitmen menuju transisi yang adil dan terjangkau. Meskipun situasi sedang berjalan seperti ini, kami beruntung mengadakan pertemuan ini di waktu yang sempurna ini untuk membahas bagaimana mengelola situasi global yang menantang melalui prioritas yang ditetapkan dalam agenda. Tema tahun ini adalah bagaimana kita bisa pulih lebih kuat. Dengan semua ancaman yang mengintai kita secara bersamaan, hanya ada satu jalan ke depan. We cannot recover stronger unless we recover together," katanya.
(Zuhirna Wulan Dilla)