Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya aliran modal, seiring dengan risiko pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman atau safe haven asset dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meski begitu, Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi domestik masih kuat seiring dengan meredanya penyebaran COVID-19 varian Omicron di tengah meningkatnya risiko geopolitik Rusia- dan Ukraina, sehingga diprediksikan masih dalam rentang 4,7% sampai 5,5% pada tahun ini.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga dan investasi non bangunan serta tetap positifnya pertumbuhan konsumsi pemerintah.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)