Wall Street Terjun Bebas, Indeks Nasdaq Anjlok 2,47%

Antara, Jurnalis
Sabtu 04 Juni 2022 07:05 WIB
Wall Street ditutup melemah (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Tiga indeks saham utama Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Wall Street anjlok karena pengetatan kebijakan agresif Federal Reserve (Fed) yang diperlukan untuk mendinginkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 348,58 poin atau 1,05%, menjadi menetap di 32.899,70 poin. Indeks S&P 500 tergerus 68,28 poin atau 1,63%, menjadi berakhir di 4.108,54 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup anjlok 304,17 poin atau 2,47%, menjadi 12.012,73 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumen non-primer dan teknologi masing-masing tergelincir 2,85% dan 2,48%, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor energi terangkat 1,4%, satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan.

Untuk minggu ini Indeks S&P 500 turun 1,2%, sementara Indeks Dow Jones dan Indeks Nasdaq masing-masing kehilangan hampir 1%, setelah ketiga indeks naik tajam minggu sebelumnya.

Indeks Nasdaq yang sarat teknologi memimpin penurunan, karena saham kelas berat di pasar Apple Inc dan Tesla Inc menjadi penekan terbesar di pasar.

Sebelumnya, laporan Departemen Tenaga Kerja yang diawasi ketat menunjukkan angka penggajian non-pertanian (NFP/Non-Farm Payrolls) naik 390.000 pekerjaan bulan lalu dan upah tumbuh, sementara tingkat pengangguran tetap stabil di 3,6% - semua tanda pasar tenaga kerja yang ketat.

Para ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan bahwa angka penggajian non-pertanian akan naik 325.000 pekerjaan. Sementara laporan pekerjaan meyakinkan untuk keadaan ekonomi saat ini, investor berfokus terutama pada pengaruh potensialnya terhadap kebijakan bank sentral.

"Pasar mencoba menyalurkan responsnya melalui apa yang mungkin atau mungkin tidak dilakukan The Fed," kata Kepala Ekonom ADP, Nela Richardson, yang memperkirakan pasar akan terus jungkir balik sebagai akibat dari ketidakpastian seputar suku bunga dan inflasi.

Kepala Strategi Investasi Citi Personal Wealth Management, Shawn Snyder, melihat laporan yang kuat sebagai pedang bermata dua.

"Ini memberi tahu kita bahwa ekonomi berada dalam kondisi yang cukup baik yang merupakan kabar baik, tetapi jika dilihat dalam konteks apa artinya bagi Federal Reserve dan pengetatan kebijakan moneter, hal itu kemungkinan membuat mereka lebih percaya diri bahwa mereka dapat terus melakukan pengetatan," katanya.

"Itu muncul sebagai sedikit negatif bagi investor karena mereka berharap The Fed akan berhenti akhir tahun ini."

Pasar uang sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh Fed pada Juni dan Juli.

Sementara kenaikan pendapatan per jam pada laporan Mei yang lebih lambat dari perkiraan tampak seperti kabar baik untuk inflasi, Snyder menyebutkan kenaikan harga minyak sebagai faktor penyeimbang.

Volatilitas telah mencengkeram Wall Street dalam beberapa pekan terakhir karena investor memperdebatkan apakah pasar telah mencapai titik terendah dengan latar belakang beberapa komentar hawkish dari pejabat Fed dan data yang menunjukkan bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya