“Konsumen di Prancis ini selain visual yang menarik, mereka juga perlu sensoris apa lagi produk yang terkait fesyen. Melihat, menyentuh dan paling esensial mereka itu ada keinginan mengetahui ceritanya atau story dari produk yang ditampilkan,” ujarnya.
Dubes Oemar menjelaskan, masyarakat Perancis memiliki standar cukup tinggi sebagai barometer fashion global. “Sehingga kalau kita bisa masuk ke sini tentunya, bukan semata-mata gengsi bisa menembus pasar di sini, tapi juga mengangkat ranking dari karya bangsa yang bisa masuk ke pusat mode dunia,” ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini sedikitnya terdapat lebih dari 1.200 item yang akan dipromosikan dan dijual dalam event tersebut.
Ajang bertajuk ‘Java in Paris” ini akan dimulai pada 8 Juni hingga 17 Juli. Ajang ini sekaligus melibatkan pekerja seni dan budaya di bawah asuhan Eko Pece, koreografer dan budayawan Solo yang akan menampilkan beragam tarian Jawa.
(Taufik Fajar)