6. Pengungkapkan Masyarakat
Pasangan muda yang pindah ke Zhengzhou mengatakan setelah membayar uang muka pada tahun lalu, pengembang properti mengundurkan diri sehingga pembangunan pun terhenti.
"Saya telah membayangkan berkali-kali kegembiraan tinggal di rumah baru, tapi sekarang semuanya terasa konyol," kata perempuan yang tidak ingin disebutkan namanya itu.
Seorang wanita berusia 20-an tahun yang juga membeli rumah di Zhengzhou mengatakan bahwa siap untuk berhenti membayar cicilan rumahnya.
"Ketika proyek dilanjutkan sepenuhnya, saya akan lanjut membayar," ucapnya.
7. Utang Bisnis Properti Meningkat
Menurut perkiraan S&P Global, pinjaman yang diboikot berjumlah USD145 miliar atau sekitar Rp2.156 triliun). Lembaga lain mengatakan angka itu bisa lebih tinggi.
Aksi para pembeli properti ini telah mendapat perhatian pihak berwenang, di tengah pasar properti yang berada di bawah tekanan ekonomi yang melambat serta krisis uang tunai.
Lebih lagi, hal itu menandakan kurangnya kepercayaan terhadap salah satu pilar utama perekonomian di China, yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia.
"Boikot hipotek, didorong oleh sentimen yang memburuk terhadap properti, adalah ancaman yang sangat serius terhadap posisi keuangan sektor ini," kata lembaga riset Oxford Economics.
(Feby Novalius)