Krisis Global, Sri Mulyani Ungkap Strategi Kelola Utang RI Rp7.123 Triliun

Michelle Natalia, Jurnalis
Selasa 30 Agustus 2022 16:10 WIB
Sri Mulyani. (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan akan terus melakukan pengelolaan utang Indonesia dan pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dengan hati-hati di tahun 2023.

"Dengan kecenderungan inflasi tinggi yang menyebabkan suku bunga global meningkat tajam hingga tahun 2023, maka pengelolaan utang dan pembiayaan harus makin waspada dan hati-hati," kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR terkait Tanggapan Pemerintah terhadap Pemandangan Umum Fraksi atas RUU APBN 2023 beserta nota keuangannya, Selasa (30/8/2022).

Bendahara negara itu mengatakan bahwa arah defisit APBN 2023 yang mengecil di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), selain memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 dan UU 17/2003 tentang Keuangan Negara mengenai batas maksimal defisit APBN.

 BACA JUGA:Sri Mulyani Bakal Bentuk Badan Dana Pensiun PNS yang Baru, seperti Apa?

Di mana ini juga merupakan langkah yang strategis dan tepat dalam menghadapi tantangan.

Dia menuturkan, pemerintah akan terus melakukan diversifikasi instrumen pembiayaan yang efisien, sumber pembiayaan yang aman, dan pendalaman pasar obligasi dalam negeri yang mampu menjaga stabilitas instrumen obligasi negara secara berkelanjutan.

"Koordinasi bersama Bank Indonesia, OJK dan LPS akan terus diperkuat dalam menghadapi dinamika pasar keuangan global yang makin menantang," katanya.

Sebagaimana diketahui, pada 2023 pemerintah bakal tarik utang Rp693 triliun.

Angka ini menurun jika dibandingkan dengan target pembiayaan utang yang ada dalam APBN 2022 yang mencapai Rp870,5 triliun maupun outlook di tahun ini yang sebesar Rp757,6 triliun.

Kementerian Keuangan sendiri telah mencatat posisi utang pemerintah per akhir Juni 2022 sebesar Rp7.123,62 triliun dengan rasio 39,56% dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu naik sekitar Rp 121 triliun dari posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp7.002 triliun.

Menlansir dari Buku II Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023, pembiayaan utang tahun depan menurun karena kondisi perekonomian diperkirakan semakin membaik.

Meskipun demikian, perekonomian global masih dibayangi ketidakpastian, antara lain disebabkan oleh konflik geopolitik Rusia Ukraina yang berdampak pada kenaikan harga komoditas energi dan pangan, serta adanya supply disruption yang menimbulkan inflasi di beberapa negara.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya