Tak hanya itu, Sri menyebutkan bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggunakan data dari lembaga kredibel di bidang minyak terkait prediksi harga minyak mentah dunia, seperti International Energy Agency (IEA) hingga konsensus Bloomberg.
"Di Kemenkeu menggunakan data dari agency yang autoritatif di bidang minyak seperti International Energy Agency, mereka akan proyeksikan seperti apa dan Bloomberg konsensus, tapi paling tidak dua faktor dominan yang mempengaruhi harga minyak dan komoditas tahun depan," ungkap Sri.
Dia pun menjelaskan bagaimana skenario dan proyeksi bagaimana jika negara maju masuk resesi.
"Seandainya outlook negara maju masuk ke resesi, tapi permintaan minyak turun, maka harga minyak dunia diproyeksikan tidak akan mencapai USD100 per barel," pungkas Sri.
(Zuhirna Wulan Dilla)