"Kalau kita lihat misalnya pabrik konveksi dan sepatu, mereka permintaanya sudah ada yang turun hingga 50%, artinya masalah yang kita hadapi ini justru malah masalah global bagaimana terjadi potensi resesi global," lanjutnya.
Selain itu Ajib menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih banyak tertolong oleh belanja pemerintah dalam kebijakan fiskal dan memberikan bantalan sosial kepada masyarakat melalui bansos.
"Memang agak tertolong sejak September hingga Desember 2022, pemerintah masih menopang daya beli masyarakat dengan program bansosonya, tetapi bagaimana kebijakan pemerintah itu tidak sustain," jelasnya.
Menurutnya pemerintah tidak bisa kembali mengalokasikan belanja APBN sebagai jaring pengaman sosial pada tahun 2023.
Karena Ajib menilai ruang fiskal APBN juga sangat terbatas, terlebih untuk belanja di awal tahun.
"Sehingga kita melihat daya beli masyarakat ini akan kembali mengalami tekanan yang luar biasa, dan dunia usaha harus melakukan penyesuaian untuk menghadapi itu," bebernya.
"Jadi pemerintah memang sudah memberikan insentif terbaik menghadapi pandemi kemarin, tetapi kita menghadapi problem yang berbeda di tahun 2023," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)