JAKARTA - Sepanjang 2022, Indonesia sempat diramaikan dengan polemik Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng.
Di mana untuk harga minyak goreng Curah Rp11.500/liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium sebesar Rp14.000 per liter.
Padahal berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan) ada lebih dari 200 ribu hektare lahan sawit di Indonesia.
Diketahui, Februari 2022 lalu Indonesia menentukan HET untuk mengantisipasi kelangkaan minyak goreng.
BACA JUGA:Kaleidoskop 2022: Fenomena Crazy Rich Indra Kenz dan Doni Salmanan Cs hingga Dipenjara
Namun hal ini tidak bisa menambah jumlah minyak goreng untuk dipajang di rak-rak suwalayan.
Minyak goreng menjadi barang mewah yang tak terjangkau pemerintah apalagi terkana imbas beberapa faktor termaksuk perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19.
Masih pada Februari 2022, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melonjak sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertengahan Maret nyatanya pemerintah menemukan jutaan ton minyak goreng ditimbun oleh konglomerat.
Kemudian, pemerintah yang tadinya memaksa ekspotir minyak mentah mengutamakan kebutuhan domestik (DMO) sebesar 30% dari ekspor, tak lama setelah kebijakan dirilis minyak goreng dapat ditemukan meski tetap dengan harga mahal.
Pada 3 April 2022 minyak goreng curah turun ke Rp19.300 pada pekan pertama April harga masih menyentuh Rp20.000 memasuki bulan Mei 2022 harga cendrung turun meski masih berfluktuasi.
Presiden Jokowi pun di Mei 2022 membuka kembali ekspor minyak goreng mengacu kepada data sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok kementerian perdagangan minyak goreng jenis premium ada kenaikan menjadi Rp21.700 per liter.
Fenomena antrean pembeli minyak goreng dan hilangnya minyak goreng dari rak- rak swalayan, tak kunjung mereda.
Pergerakan harga minyak goreng di tahun 2022 nyatanya tak juga mampu membuat masyarakat tenang.
Menteri perdagangan menerapkan kebijakan satu harga hingga Februari 2022.
Upaya mempercepat penyaluran agar tidak terjadi kelangkaan dan menjaga stabilitas harga minyak goreng tersebut terus dilakukan.
Adapun BPS mencatat harga minyak goreng pada awal April kembali melejit, meskipun rata-rata harga minyak goreng mengalami penurunan pada Maret 2022, bahkan menjadi lebih tinggi dari kondisi rata-rata pada Januari 2022.
Minyak goreng menjadi penyumbang utama inflasi selama tiga bulan terakhir karena harga yang bergejolak akibat kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO).
Presiden Jokowi menegaskan bahwa urusan minyak goreng bukan persoalan yang mudah untuk ditangani.
Pasalnya, harga minyak goreng terdampak harga di tingkat global.
"Minyak goreng ini bukan persoalan mudah. Sudah sejak awal Januari saya melihat naik, naik, naik, kenapa? Sama seperti harga pangan lain, karena harga internasionalnya tinggi, harga globalnya tinggi, semua barang mengikuti, ketarik ke sana, karena harga minyak goreng terutama di Eropa, Amerika, naiknya tinggi," ujar Presiden Jokowi, dikutip dari Okezone, 21 Mei 2022.
Kepala Negara menekankan sudah beberapa kebijakan dilakukan untuk mendorong penurunan harga minyak goreng, namun harga tetap naik.
Hingga akhirnya Presiden memutuskan menghentikan ekspor minyak goreng.
Setelah itu akhirnya, pemerintah meluncurkan minyak goreng curah kemasan yang dinamakan Minyakita pada 6 Juli 2022 lalu.
PLT Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Syailendra menyampaikan, pembukaan pemasaran dimulai di Kantor Kementerian Perdagangan.
Khusus pembukaan hari ini, jumlah Minyakita yang digelontorkan sebanyak 5.000 liter.
"Hari ini ada 5.000 liter, dan akan di jual kepada masyarakat umum. Para pedagang, ibu-ibu bisa beli di sini," ujar Syailendra.
Syailendra juga menyampaikan bahwa per hari ini sebanyak 10.000 liter Minyakita akan didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Lebih lanjut dia menjelaskan kalau Minyakita ini boleh dipakai perusahaan-perusahaan selama 4 tahun dan bisa diperpanjang sewaktu-waktu sesuai ketentuan.
(Zuhirna Wulan Dilla)