JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengungkapkan dua hal yang menyebabkan proyek kereta cepat pertama di Indonesia mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun.
Adapun pembengkakkan biaya antara USD1,176 miliar hingga USD1,9 miliar atau sekitar Rp17,52 triliun hingga Rp28,31 triliun dengan asumsi kurs Rp14.900 per dolar AS.
Baca Juga: Indonesia-China Belum Sepakat Besaran Pembengkakan Proyek Kereta Cepat
Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Rahadian Ratry mengatakan, salah satu poin yang menjadi cost overrun adalah frekuensi GSMR. Awalnya dalam feasibility study atau studi kelayakan projek KCJB memang diasumsikan frekuensi GSMR disediakan secara gratis oleh pemerintah, seperti yang berjalan di China.
Sementara kondisi di Indonesia, frekuensi GSMR sudah terpakai untuk industri telekomunikasi sejak tahun 1990-an.
Baca Juga: Menko Luhut: Tak Masalah Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak
"Sehingga, saat ini KCIC melakukan kerja sama sharing frekuensi dengan Telkomsel," katanya kepada MNC Portal, Rabu (8/2/2023).
Selain frekuensi, Rahadiian juga mengatakan penyebab lainnya yakni biaya lahan yang mengalami perubahan saat pengadaannya.
"Adapun terkait lahan juga menjadi salah satu poin cost overrun karena adanya perubahan harga sejak awal dilakukan FS dan pada saat akan dilakukan pengadaannya," katanya.
Adapun saat ini, pemerintah Indonesia akan menyelesaikan permasalahan pembengkakan tersebut dalam waktu dekat ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsat Pandjaitan sesudah acara Penandatanganan Kesepakatan Kerja Sama F1 Powerboat Danau Toba, di Kantor Kemenko Marves, Rabu (2/2/2023).
Kita mau finalkan mungkin minggu-minggu depan di Beijing," kata Luhut.
Luhut berharap bahwa minggu depan tersebut menghasilkan keputusan final terkait dengan cost overrun proyek KCJB.
"Ya kita harapkan sudah" ujarnya.
(Feby Novalius)