Industri Hulu Migas Dalam Perpektif Komunikasi Media

Opini, Jurnalis
Sabtu 25 Februari 2023 09:18 WIB
Praktisi Komunikasi Perminyakan Suhendra Atmaja. (Foto:Okezone.com)
Share :

PADA 18 Januari 2023, Jajaran manajemen SKK Migas menggelar jumpa pers dengan awak media. Dalam paparannya Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto lagi-lagi mengungkapkan pentingnya ekplorasi dan eksploitasi untuk menambah produksi dan lifting minyak dan Gas Bumi Indonesia 2030.

“Di tahun 2023 sudah ada lompatan investasi, Eksplorasi harus betul-betul di dorong secara masif,” Kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. 

Menurut Pak Tjip, Kegiatan yang paling mahal di Industri Hulu Migas adalah ‘Ngebor’ (Eksplorasi/eksploitasi-red). Hal ini bisa dimaklumi, untuk sekali ‘ngebor’ dibutuhkan biaya yang sangat tinggi (hight cost). Perusahaan minyak atau KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) saat melakukan pengeboran tentu memiliki harapan atau ekspektasi, untuk mendapatkan minyak atau gas karena biaya yang sudah mereka keluarkan setiap pengeboran 1 sumur saja, cukup tinggi, apalagi biaya ditanggung sendiri. alih-alih ingin mendapatkan minyak atau gas, namun bisa saja tidak ditemukan minyak atau gas alias merugi ? silakan anda jawab sendiri.

Baca Juga: 2 Sumur Ini Bikin Produksi Migas Pertamina EP Adera Field Naik

Hanya eksplorasi dan ekploitasi yang masif, agresif dan efisien dianggap mampu menyelesaikan permasalahan Impor minyak Indonesia, ditengah meningginya konsumsi minyak Indonesia atau kira-kira sebesar 1,5 Juta barrel per hari pada tahun 2022. Berdasarkan data British Petroleum, rata-rata komsumsi minyak Indonesia meningkat sekitar 5,22 % dibanding tahun sebelumnya atau sebesar 1,4 Juta barrel per hari.

Untuk kita ketahui bersama, saat ini produksi minyak kita sekitar 615 Ribu barrel per hari, jika komsumsi minyak Indonesia 1.5 juta barrel per hari, itu artinya kita masih memerlukan atau impor minyak 855 Ribu barrel minyak per hari. Ketimpangan yang cukup tinggi, antara Produksi dan Impor minyak.

Baca Juga: DPR Cecar Dirjen Migas soal Proyek Pipanisasi Gas Cisem

Saat ini, Pemenuhan atau pengurangan impor minyak mentah Indonesia hanya bisa dilakukan dengan peningkatan produksi minyak atau import, alternatif lainnya adalah transisi energi. Untuk menggenjot produksi hal tersebut, SKK Migas sebagai lembaga yang ditunjuk untuk mengawasi pengeboran minyak di Indonesia kemudian membuat program kerja, atau target 1 Juta barrel minyak dan 12 Miliar kaki kubik gas per hari, pada tahun 2030.

Di tahun 2030, tersebut mungkin komsumsi minyak Indonesia, akan terus meningkat, namun paling tidak jika target tersebut tercapai, tentu akan mengurangi impor yang artinya mengurangi beban negara melalui APBN.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya