JAKARTA - Perjalanan Gautam Adani sebagai orang terkaya di Asia menarik untuk diketahui. Pasalnya, kekayaan Gautam Adani kini merosot tajam hingga dituding sebagai seorang penipu.
Menurut data Forbes, saat ini dirinya menduduki peringkat ke-26 orang terkaya di dunia, dengan kekayaan USD44,4 miliar atau setara Rp664,6 triliun.
Pernah menjadi bagian salah satu orang terkaya di dunia membuat Adani menjalani prosesnya tidak selalu mulus. Awal mula kesuksesannya itu berkat kedekatan dengan Perdana Menteri India Narendar Modi sejak tahun 2014.
Kini kerajaan bisnisnya diterpa goncangan setelah perusahaan investasi Hidenburg Research merilis laporan pada Januari lalu yang menuding Adani melalukan pencucian uang dan rekayasa akuntansi melalui sejumlah anak perusahaannya. Hal itu membuat saham perusahaannya jatuh.
Tidak hanya itu, hingga Makamah Agung India dan regulator pasar saham melakukan penyelidikan. Adapun utang besar yang dimiliki juga sangat membebani kerajaan bisnisnya.
Mengutip dari majalah Forbes, Adani memiliki tujuh bersama yang merupakan anak dari seorang pembisnis tekstil. Kisah Adani pernah putus kuliah setelah dua tahun mengenyam pendidikan di Universitas Gujarat pada tahun 1987. Setelah itu dia lebih memilih tinggal bersama saudaranya yaitu Vinod Adani di Mumbai dan bekerja menyortir berlian.
Setahun kemudian, dia memulai perdagangan pakaian dengan mendirikan Adani Exports. Perusahaan ini mulai menjadi Adani Enterprises dan go publik pada tahun 1994.
Adani kemudian melebarkan sayap bisnisnya ke pelabuhan, dengan membuka Mundra Port pada 1998. Ini salah satu pelabuhan pertama yang dikembangkan swasta di India dan sekarang menjadi pelabuhan tersibuk di negara tersebut.
Pada 2007 perusahaanya yang bergerak dipelabuna mulai dikenal oleh masyarakat India, namun pada tahun yang sama regulator saham Indian, SEBI melarang beberapa perusahaan Adani untuk melakukan aktivitas perdagangan selama dua tahun karena peran mereka dalam dugaan skema kecurangan saham antara 1999 hingga 2001.
Gutama Adani pertama kali masuk dalam majalah forbes dalam daftar orang terkaya dunia versi Forbes, dengan kekayaan bersih sebesar USD9,3 miliar pada 2008.
Pada Desember 2010, SEBI menyelidiki Adani Enterprises atas dugaan manipulasi saham pada 2004 dan 2005. Kemudian pada Mei 2011, Adani Enterprises menyewa terminal batu bara Abbot Point di Australia senilai USD2 miliar selama 99 tahun.
Selain itu, dua anak perusahaan Adani Power diselidiki Directorate of Revenue Intelligence (DRI) atas dugaan harga yang terlalu tinggi atas impor peralatan pembangkit listrik pada Mei 2014, namun diberhentikan pada Agustus 2017.
Pada Maret 2016, lima perusahaan Adani dan lima perusahaan yang dipasok Adani diselidiki karena mengelembukan nilai impor batu bara secara finansial.
Pada Juni 2018, perusahaan energi terbarukan miliknya, Adani green energy go public di Bombay Stock Exchange. Perusahaan energi Prancis, Total energies membeli 20 persen saham Adani Green Energy senilai USD2 miliar pada Januari 2021, di mana setahun sebelumnya juga telah membeli 37,4 saham Adani Gas senilai USD714 juta.
Adani Group berhasil memenangkan hak mengoperasikan enam bandara di India pada Juli 2019. Berkembangnya bisnis Adani sejumlah bidang dengan membuatnya menjadi orang terkaya kedua di dunia pada September tahun lalu, dengan kekayaan bersih mencapai USD158 miliar.
Dia pun terus melakukan ekspansi bisnis dengan menjadi pengendali saham produsen semen India Ambuja dan ACC pada September 2022. Uang yang dikeluarkan Adani Group untuk itu mencapai USD6,5 miliar. Dan Pada Desember 2022, Adani Group membeli saham mayoritas di jaringan berita India NDTV.
Namun pada Januari tahun ini, Hindenburg Research merilis investigasi perusahaan Andani. Namun Andani menolak tudingan tersebut. Akibat dari masalah tersebut, sebulan kemudian Adani Enterprises terpaksa membatalkan penawaran umum lanjutan senilai USD2,5 miliar di menit terakhir.
Dan pada 2 Maret lalu, Mahmakah Agung India memerintahkan SEBI melakukan penyelidikan atas tudingan Hinderburg. Pada hari yang sama, firma manajemen aset yang berbasis di Florida,GQG Partners menginvestasikan dana senilai 1,9 miliar dolaa AS di empat perusahaan Adani.
(Feby Novalius)