JAKARTA - Belanja barang bekas atau thrifting kerap jadi pilihan pertama para anak-anak muda. Alasannya pun beragam mulai dari harga murah, merek hingga bisa mengurangi sampah dan polusi.
Diaspora Indonesia yang bekerja di Washington DC Zaid Najmudin mengaku bangga bisa ikut serta dalam upaya melestarikan lingkungan.
“Kita mendaur ulang pakaian. Bisa donasi dan donasi itu bisa dibeli orang lagi dan digunakan lagi. Ngga dibuang jadi sebuah sampah di dunia ini. Juga mengalahkan fast fashion, yang memproduksi terus setiap tahunnya pakaian-pakaian baru dan orang hanya pakai sekali dan beli lagi beli lagi. Itu namanya fast fashion. Jadi mengurangi waste dengan melakukan thrifting,” kata Zaid, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (29/4/2023).
Jika berhubungan dengan gaya, Zaid Najmudin menambahkan manfaat lain dari thrifting yang ia rasakan.
“Dengan thrifting, kemungkinan orang lain punya (barang yang kita beli) juga lebih sedikit lagi,” ujar Zaid.
Seorang Diaspora Indonesia yang bekerja sebagai Retail Team Leader Goodwill, Raka Adam menilai, kembalinya gaya fashion di masa lalu, juga menjadi alasan bagi para remaja untuk datang ke thrift store.
“Anak-anak SMA mereka datang, banyak yang sering nyari-nyari barang, baju segala macam apalagi trend style tahun 2000-an itu udah mulai naik jadi mereka sering datang ke sini nyari-nyari baju itu,” kata Raka.