JAKARTA - Putri Palupi berkeinginan menyalurkan impiannya membuka toko. Impian itu pun dia realisasikan, namun apa daya dia harus menerima kenyataan pahit. Tokonya kandas.
Padahal Putri, demikian dia disapa, sudah menanggalkan kariernya bekerja di salah satu rumah sakit (RS) di Jakarta. Semula dia adalah karyawan bagian kepegawaian selama tiga tahun. Namun minatnya membuka usaha tidak terbendung, akhirnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang fashion ini mewujudkan mimpinya.
BACA JUGA:
Dia memutuskan resign tahun 2020 untuk membuka toko di Palembang, tempat dia dilahirkan. Uang pesangon digunakan sebagai modal untuk membuka toko fashion.
Namun selama enam bulan bertahan dengan impiannya, ternyata tidak membuahkan hasil apapun. Dia pun semmpat galau dan ingin kembali ke Jakarta. Kebetulan sang Ayah masih tinggal di wilayah Jabodetabek.
BACA JUGA:
"Akhirnya, saya bilang sama Ayah saya. 'Ayah, Putri mau kembali ke Jakarta lagi'," ujarnya, kepada Okezone, Jumat (23/6/2023).
Keinginan Putri pun dikabulkan oleh sang Ayah. Tapi ayahnya memberikan syarat untuk tidak meminta modal usaha.
Gadis berkulit putih itu pun mencari cara bagaimana dia tetap bisa mendapatkan modal dan penghasilan baru di Jakarta nantinya. Sebab, dia sudah meninggalkan pekerjaan. Sementara modalnya sudah habis untuk membangun sebuah toko di Palembang.
Sebelum memutuskan mengubah nasib, Putri menyempatkan diri untuk ke Jakarta. Tetapi sebelum ke Jakarta dia mencoba peruntungan cuan dengan menjadi Jasa Titipan atau Jastip.
Dia menjual oleh-oleh khas Palembang ke teman-temannya di Jabodetabek via aplikasi Whatsapp, berupa empek-empek, bakso dan makanan khas Palembang lainya. Responsnya teman-temannya pun bagus.
"Jadi kan aku japri satu-satu, tapi kok cape ya. akhirnya aku buat grup Jastip sekalian aja," ujarnya.
Dari situ Putri pun mulai menyadari bahwa saluran dalam pola berjualan memang sudah berubah, dari offline menjadi online. Dia langsung melakukan perubahan dalam cara menjual.
Tidak putus asa, dia mulai melakukan transformasi go digital sebab barang dagangan di Palembang masih banyak belum terjual. Putri pun bertekad mengubah tempat jualannya dari toko offline menjadi online.
Berangkatlah Putri ke Jakarta dengan titipan oleh-oleh para temannya. Sampai di Jakarta, Putri mempersiapkan diri dengan membuka rekening bank, yakni Bank BRI di Kancab Menteng. Sebab di daerahnya banyak yang menggunakan rekening Bank BRI. Hasil penjualan jastipnya pun banyak masuk ke rekening Bank BRI miliknya.
Setelah urusannya di Jakarta selesai, ketika akan kembali ke Palembang dia kembali membuka jastip barang-barang brand seperti minyak Wangi Zara, baju, tas dan barang-barang merek tertentu.
"Jadi kalau di sini ada sale toko, aku tawarin di grup Jastip aku. Namanya Jastip 1 Juta Buka Toko. Hasilnya waktu awal-awal lumayan," ujar Putri yang kerap pulang pergi Jakarta Palembang.
Setelah kembali ke Palembang, dia pun menjual dagangannya di salah satu platform e-commerce. Di luar dugaan, stok barang yang berada di toko offline-nya laris terjual habis.
"Bahkan, sampai manekinnya juga ada yang membeli, habis itu semua isi toko. Itulah kekuatan jualan online," ujar Putri sambil tertawa.
Setelah mantab berjualan secara daring, Putri pun membuka akun e-commerce platform digital. Singkat cerita, kini penghasilan Putri itu melebihi penghasilan sewaktu menjadi karyawan RS.
"Intinya kalau jualan di online itu pasti aja ada yang beli. Pasti ada yang beli. Enggak pernah ada yang enggak kejual. Jadi jangan takut jualan online," ujar Putri.
Kini memiliki dua lini usaha dengan pendekatan teknologi, yakni Jastip dan toko online Maezurra. Grup WA Jastip yang semula tidak sampai 10 orang kini sudah meluas menjadi 218 anggota loyal dan aktif membeli. Juga status e-commerce bintang 4,8 yang artinya mendekati nilai sempurna di angka bintang 5. Semua ini dilakukannya secara organik tanpa sentuhan advetorial digital maupun tehnik Search Engine Marketing (SEM).
Kendati bertumpu pada jual beli online, namun Putri masih aktif membuka usaha bazar untuk memperkuat jaringan dan brand Maezurra miliknya.
(Zuhirna Wulan Dilla)