BI Dinilai Punya Ruang Tahan Suku Bunga saat The Fed Tancap Gas

Atikah Umiyani, Jurnalis
Kamis 27 Juli 2023 16:48 WIB
BI punya ruang tahan suku bunga acuan (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA Bank Indonesia dinilai memiliki ruang untuk menahan suku bunga acuan ketika The Fed menaikkan fed rate. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga FFR (Fed Fund Rate) sebesar 25bps ke level 5,50% sudah diperkirakan oleh para pelaku pasar.

Sehingga, kinerja Dollar terhadap mata uang utama yaitu dollar index cenderung bergerak flat, dan bahkan mengalami pelemahan setelah pengumuman tersebut.

Dikatakan Josua, salah satu pendorongnya adalah pernyataan dari Chairman Fed, Jerome Powell, yang menyatakan bahwa kenaikan suku bunga Fed dalam jangka pendek akan sangat bergantung pada kondisi perekonomian AS terkini.

"Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa bila tren penurunan inflasi AS berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, maka Fed berpotensi untuk menahan suku bunganya di level 5,50% hingga akhir tahun 2023," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (27/7/2023).

Menurut Josua, dampak dari kebijakan kenaikan suku Bunga The Fed itu di antaranya adalah ruang yang lebih luas bagi BI untuk mempertahankan suku bunganya.

Seperti diketahui, pada RDG BI bulan Juli ini, BI masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI7RR di tengah proyeksi BI bahwa Fed masih akan menaikkan suku bunganya hingga 5,75% hingga akhir tahun ini.

BI sendiri menyatakan bahwa BI akan mendorong stabilitas nilai tukar melalui kebijakan triple intervention dan operasi twist. Pernyataan BI tersebut berimplikasi pada probabilitas BI untuk menaikkan suku bunganya relatif kecil di tengah interest rate differential yang semakin menipis.

Adapun bila dicermati pada tahun 2023, BI hanya menaikkan suku bunga sebesar 25bps di bulan Januari, sementara Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 75bps, yang mana berarti selisih suku bunga sudah menyempit setidaknya 50bps.

Josua menambahkan, di tengah penurunan interest rate differential tersebut, Rupiah menjadi mata uang yang mengalami apresiasi paling besar di antara mata uang Asia lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dampak dari interest rate differential cenderung terbatas di tahun 2023.

Dia pun menilai, salah satu yang menjadi penopang nilai tukar Rupiah di antaranya kondisi fundamental perekonomian yang cenderung solid terindikasi dari tren penurunan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan, serta kebijakan-kebijakan pemerintah, seperti revisi kebijakan DHE oleh Pemerintah, operasi moneter TD DHE Valas yang sebelumnya sudah diluncurkan oleh BI serta langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan BI seperti triple intervention dan operation twist.

"Mencermati kondisi pasar dan stabilitas nilai tukar Rupiah tersebut, kami perkirakan bahwa BI masih akan cenderung mempertahankan suku bunga kebijakannya hingga akhir tahun," pungkas Josua.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya