JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan laba bersih USD168,51 juta atau Rp2,53 triliun di semester I-2023. Laba bersih tersebut naik 12% dari periode yang sama tahun sebelumnya USD150,45 juta.
INCO juga membukukan pendapatan naik 16,72% menjadi USD658,96 juta atau Rp9,92 triliun, dari sebelumnya sebesar USD564,53 juta. Adapun, kenaikan pendapatan perseroan ditopang oleh volume pengiriman yang lebih tinggi yakni sebesar 6.208 metrik ton.
“Kami berhasil mempertahankan laba positif berkat kelancaran pelaksanaan operasi kami,” ujar Presiden Direktur INCO, Febriany Eddy , Jumat (28/7/2023).
Pertumbuhan kinerja INCO juga ditopang oleh naiknya angka produksi nikel dalam matte sebesar 35% mencapai 16.922 metrik ton pada kuartal II 2023. Sementara itu, pada periode Januari-Juni 2023, INCO mencatatkan produksi sebesar 33.691 metrik ton. Hasil ini sejalan dengan target produksi tahunan grup sekitar 70.000 metrik ton untuk tahun 2023.
Di samping itu, volume penjualan nikel dalam matte perseroan tercatat naik menjadi 16.463 metrik ton di kuartal II dan sebesar 33.221 metrik ton sepanjang semester pertama tahun ini.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan grup juga meningkat menjadi USD438,49 juta atau Rp6,60 triliun dari sebesar USD356,3 juta pada semester pertama tahun 2022 lalu. Kenaikan tersebut utamanya disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan harga diesel yang lebih tinggi.
“Perseroan memutuskan untuk mengalihkan sumber energi untuk burner dari HSFO ke batu bara, didorong oleh penurunan harga batu bara,” ujar Febriany.
Febriany melanjutkan bahwa perseroan tetap berkomitmen untuk selalu berupaya mengurangi biaya, termasuk penyesuaian komponen lainnya sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dalam mengelola biaya
Selain melakukan pengendalian biaya, INCO mengambil sikap hati-hati dalam mengelola arus kas untuk mengantisipasi kondisi harga nikel yang tidak menguntungkan. Pada 30 Juni 2023, kas dan setara kas INCO tercatat sebesar USD719,9 juta.
“Kami berkomitmen untuk memprioritaskan peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya, serta memastikan daya saing jangka panjang sambil menjunjung tinggi nilai-nilai kami,” kata Febriany.
Lebih lanjut, pada kuartal II 2023 perseroan mengeluarkan belanja modal sekitar USD60,8 juta. Hal itu menandai peningkatan signifikan sekitar 36% bila dibandingkan dengan belanja modal pada periode yang sama tahun lalu.
(Feby Novalius)