Mengapa Transportasi Online Uber Gagal di Indonesia?

Rina Anggraeni, Jurnalis
Jum'at 04 Agustus 2023 13:36 WIB
Ilustrasi (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA- Mengapa transportasi online Uber gagal di Indonesia menarik untuk diulas. Pasalnya, transportasi online ini merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa yang berasal dari San Francisco, Amerika Serikat harus menutup bisnisnya pada 2018 Indonesia.

Uber ada di Indonesia sejak tahun 2014. Sayangnya Uber mundur dari pasar Asia Tenggara. Lantas apa penyebab Uber tidak bisa bertahan seperti Gojek dan Grab? Simak penjelasannya di sini.

Mengapa transportasi online Uber gagal di Indonesia dikarenakan memiliki batasan untuk mendominasi sektor transportasi online pada sejumlah negara di dunia. Selain itu, persaingan yang terlalu ketat di Asia Tenggara menjadi salah satu alasan Uber tidak bertahan.

Mereka melepas bisnisnya di kawasan Asia Tenggara sejak 2018. Adapun perusahaan menyerahkan bisnisnya di kawasan ini kepada Grab yang notabene adalah pesaingnya.

Apalagi, CEO Uber Dana Khosrowshahi mengatakan bahwa mundurnya Uber dari pasar Asia Tenggara karena Uber memiliki batasan untuk mendominasi sektor transportasi online di sejumlah negara di dunia.

"Satu potensi bahaya dari strategi global kami adalah terlalu banyak turun gelanggang dalam pertarungan melawan kompetitor yang tidak sedikit dan ini terjadi di cakupan kawasan yang luas," bebernya.

Seabagai informasi, emilik Uber adalah Garrett Camp dan Travis Kalanick. Keduanya punya sejarah dalam upaya untuk membuat layanan jasa transportasi canggih.

Dalam pembuatannya, versi beta dari aplikasi ini mulai diluncurkan pada tahun 2010 dengan Ryan Graves sebagai CEO. Namun pada Desember di tahun yang sama, posisi CEO beralih ke tangan Travis Kalanick.

Di bawah Kalanick, Uber mulai memberikan layanan secara umum di San Francisco untuk pertama kalinya. Dan Uber terus mengalami perkembangan ke arah yang positif.

Kalanick kemudian mengundurkan diri sebagai CEO Uber pada tahun 2017 lalu. Sepeninggal Kalanick, CEO Uber kemudian diisi oleh Dara Khosrowshahi, mantan CEO Expedia yang telah mengelola banyak bisnis di lebih dari 70 negara di dunia.

Posisi Dara Khosrowshahi sebagai CEO Uber masih bertahan hingga saat ini. Namun meski menjadi CEO, bukan berarti Dara Khosrowshahi adalah pemilik dari Uber.

Terhitung sejak 10 Mei 2019 di New York Stock Exchange, perusahaan Uber telah resmi IPO (The Initial Public Offering) alias menjual sahamnya untuk publik dengan harga awal sebesar USD 42 per saham dan menjadi yang tertinggi saat itu.

(RIN)

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya