Sedangkan secara kuartal ke kuartal (QtoQ) terjadi pertumbuhan sebesar 3,86%. Pada kuartal kedua 2023 tercatat Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp 5.226,7 triliun dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp 3.075,7 triliun.
Optimisme pertumbuhan ekonomi tersebut tercermin dari sisi pengeluaran, di mana seluruh komponen mencatat pertumbuhan positif, termasuk belanja pemerintah yang mengalami kontraksi selama empat triwulan berturut-turut di tahun 2022. Walaupun di tengah perekonomian global yang diperkirakan melambat dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan. Perekonomian Indonesia secara meyakinkan tumbuh 5,17%.
Selain itu, konsumsi rumah tangga, dengan besaran lebih dari separuh perekonomian Indonesia, tumbuh 4,54% yoy di triwulan pertama 2023, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Selanjutnya pertumbuhan investasi melambat di triwulan pertama 2023, dengan pertumbuhan hanya 2,11% yoy, atau menurun dari 3,33% yoy di triwulan sebelumnya.
Namun, perbankan domestik menunjukkan indikator yang relatif kuat ditopang oleh likuiditas yang cukup memadai dan kualitas aset yang baik. Pada April 2023, rasio NPL (non performing loan) masih stabil di level 2,53%.
Sementara itu, pada Juli 2023, inflasi tercatat sebesar 3,08% yoy, turun ke level terendahnya dalam 16 bulan terakhir seiring dengan tekanan inflasi yang surut lebih cepat dari yang diperkirakan. Di sisi lain, surplus neraca perdagangan terus menurun sejak tahun lalu dan sekarang hanya tercatat sebesar USD7,8 miliar di triwulan kedua 2023 akibat normalisasi harga komoditas global.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif cenderung melemah di rentang Rp15.170 - Rp15.230.
(Taufik Fajar)