Hal ini tentunya membuka ruang bagi korporasi untuk dapat melakukan transisi menuju operasional rendah karbon.
"ICDX Group akan terus mendorong upaya dekarbonisasi melalui demokratisasi perdagangan karbon. Harapan kami, tentunya apa yang telah kami jalankan ini, ke depannya bisa direplikasi untuk instrumen iklim lainnya seperti perdagangan karbon dengan skala yang lebih luas," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima pada Senin (21/8/2023).
"Tentunya kami sangat mengapresiasi kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam program dekarbonisasi melalui perdagangan REC ini," tambahnya.
Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab menuju rendah emisi karbon adalah tanggung jawab kita bersama. Untuk saat ini, beberapa korporasi yang telah berpartisipasi adalah PT Agrodana Futures, PT Phillip Futures, PT Victory International Futures, PT Magnet Berjangka Indonesia, PT Rajawali Kapital Berjangka, PT Handal Semesta Berjangka, serta beberapa entitas lainnya.
"Ke depan, kami akan terus mengajak berbagai pihak, untuk turut serta dalam program ini," ucapnya.
CEO Indonesia Climate Exchange (ICX)
Megain Widjaja mengatakan terkait perdagangan REC sukarela ini telah melalui fase percobaan dan penyelarasan sesuai dengan standar global, baik dalam hal teknologi dan ekosistem.
"ICX berkomitmen untuk terus mengembangkan ruang lingkup instrumen iklim lainnya agar dapat menjadi platform yang dapat dimanfaatkan bagi pemerintah dan para pelaku industri menuju operasional rendah emisi karbon," jelasnya.
BACA JUGA:
Melalui transaksi REC ini, ICX dapat menjadi sebuah model baru penerapan perdagangan instrumen iklim khususnya perdagangan karbon secara luas dan mempercepat adopsi berbagai industri di Indonesia.
Pengembangan terkait perdagangan instrumen iklim memerlukan sinergi antar pelaku dan pemerintah agar dapat mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) secara unconditional sebesar 31,89% dan target conditional sebesar 43.2% dengan mekanisme Business as Usual (BaU) pada 203 dalam upaya penurunan emisi karbon.
“Kami mengundang seluruh stakeholders untuk dapat bersama-sama melakukan upaya penurunan emisi karbon” tambah Megain.
Renewable Energy Certificate (REC) berawal dari tahun 2014 dan semakin populer dikarenakan lahir gerakan RE100 yang dilakukan sekumpulan perusahaan besar dunia.
Di mana menargetkan konsumsi 100% listrik berasal dari energi terbarukan.
Untuk tahun 2030 ditargetkan porsi energi terbarukan sebesar 60%, tahun 2040 sebesar 90% dan 100% di tahun 2050.
(Zuhirna Wulan Dilla)