“Alasannya sangat rasional, yaitu bila Garuda tidak berhasil mendapatkan persetujuan kreditur kan berarti failed, pemerintah akan dipermasalahkan kan. Sebagai pemegang amanat Undang-Undang mesti menyediakan konektivitas, makanya Pelita disiapkan. Jadi rasionalisasinya begitu,” ujarnya dalam Chief Talk Okezone.
Diskusi-diskusi terkait merger ini pun terus dilakukan. Sudah mulai dilakukan asesmen atau analisa yang mendalam terkait bisnis tiga maskapai ini.
“Mengenai opsi-opsi yang ada yang pas untuk dunia aviasi di bawah dunia BUMN atau pemerintah,” ujarnya.
Menurut Irfan, nantikan akan ada beberapa konsiderasi. Pertama, Pertamina banyak mengurusi hal terkait dengan energi, sehingga tidak perlu mengurusi penerbangan.Kemudian dengan ketiga product ini di lapangan faktanya terjadi kompetisi..
“Kenapa saya katakan kompetisi, semua orang tahu jalur gemuk menguntungkan ke Bali. Semua ke Bali, kita Citilink, Pelita ke Bali. Sementara yang tidak terlalu gemuk gak dilayani,” ujarnya.
Lalu terkait utang piutang antara Citilink dan Pertamina. “Jadi, ini semuanya dijadiin satu terus kemudian semua kita diskusi dan tim lagi meeting sekarang, coba bersama-sama liat opsi yang ada dan menjabarkan lebih detail, komprehensif, dan jangan asal yaudah gabung, jangan gitu,” ujarnya.
Hasil analisa inilah yang akan disampaikan ke kementerian sebagai pemegang saham untuk memilih. Di dalamnya ada perhitungan pro dan kontra yang mesti dilihat.
“Sehingga ini butuh kehati-hatian, kami maupun Pertamina dalam posisi suatu hari nanti dipersalahkan karena melakukan ini,” ujarnya.
(Dani Jumadil Akhir)