JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menargetkan setoran dividen BUMN naik menjadi Rp85,04 triliun pada 2024. Jumlah tersebut lebih banyak dari target tahun ini Rp80,6 triliun.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku tidak mempersoalkan permintaan tersebut. Dirinya optimis dapat mencapai target tersebut.
Namun begitu, ada kekhawatiran bahwa tingginya angka dividen akan mengganggu arus kas atau cash flow perusahaan, ketika ada kerja sama investasi.
“Tapi tadi Komisi VI juga mengingatkan sama, kami juga sama, jangan sampai nanti mengganggu dari cash flow ketika nanti ada investasi,” ungkap Erick saat ditemui di kawasan DPR/MPR, Kamis (14/9/2023).
Erick berupaya agar setoran dividen tidak menjadi benalu bagi BUMN, justru kontribusi itu menjadi sejarah emas perseroan, lantaran bisa memberikan dividen tertinggi sepanjang perjalanan Kementerian BUMN.
“Tapi itu tadi yang disampaikan bahwa target dividen tahun depan Rp85,04 triliun, jadi memang itu tercapai sejarah lagi, yang tahun ini pP80 triliun, tahun depan Rp85 triliun, itu kan sejarah, dividen terbesar yang pernah diberikan,” ucapnya.
Senada dengan kenaikan nilai dividen, Erick mendorong agar Penyertaan Modal Negara (PMN) yang digelontorkan pemerintah kepada BUMN juga harus tinggi nominalnya. Dia menyebut proporsinya bisa 54% untuk dividen dan 46% PMN.
Persentase itu sudah dibahas Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, dan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI. Erick berharap usulan proporsi antara dividen dan PMN bisa disepakati.
“Nah alhamdulillah, sepertinya kalau ini semuanya berjalan dengan baik, dividen itu 54 persen dibandingkan PMN 46% dan kalau kita lihat dividen yang kemarin hasil diskusi dengan Banggar kita ditargetkan lebih tinggi lagi, kalau kemarin kita Rp80,6 triliun, sekarang mereka mendekatkan Rp85,04 triliun, itu jadi ada peningkatan,” tutut dia.
“Dan kemarin hasil diskusi internal kita coba menyanggupi, artinya ini tentu prestasi yang luar biasa dari Komisi VI dengan Kementerian BUMN, ketika dividen ini back to back memecahkan rekor yang sebelumnya Rp80,6 triliun sekarang lebih tinggi lagi, ini prestasi yang luar biasa,” kata Erick.
(Feby Novalius)