JAKARTA - Ini pemilik Xinyi Glass Holdings, perusahaan raksasa China yang akan menanamkan investasi di Rempang, Batam, Kepulauan Riau dengan total investasi Rp300 triliun. Dalam tahap pertama ini, Xinyi akan mengucurkan investasi USD11,5 miliar atau sekitar Rp127 triliun.
Namun, sayangnya investasi Xinyi Glass Holdings di Rempang menuai polemik. Sebab, saat ini masalah pembebasan lahan masih terkendala.
Xinyi Glass Holdings merupakan produsen kaca terbesar di dunia. Xinyi akan membangun hilirisasi pasir kuarsa di kawasan Rempang.
Lalu siapa pemilik Xinyi Glass?
Ternyata pemilik Xinyi Glass adalah miliarder China bernama Lee Yin Yee. Melansir Forbes, Jakarta, Selasa (19/9/2023), Lee Yin Yee merupakan founder dan chairman Xinyi Glass Holdings.
Lee Yin Yee berusia 71 tahun mempunyai harta kekayaan USD2,3 miliar atau setara Rp35,1 triliun (kurs Rp15.300 per USD).
BACA JUGA:
Xinyi Glass memproduksi produk kaca untuk industri otomotif, konstruksi dan barang rumah tangga.
Sebelum terjun ke bisnis kaca, Lee mengawali karier dengan menjual suku cadang mobil.
Saat ini dirinya masuk dalam daftar orang terkaya di China 2023 dan daftar orang terkaya di dunia 2023 versi Forbes di urutan 949.
Seperti diketahui, Pulau Rempang dengan luas mencapai 17.000 hektare akan direvitalisasi menjadi sebuah kawasan yang mencakup sektor industri, perdagangan, hunian, dan pariwisata yang terintegrasi.
Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Untuk tahap awal, kawasan ini sudah diminati oleh perusahaan kaca terbesar di dunia asal China, Xinyi Group yang berencana akan berinvestasi senilai USD11,5 miliar sampai dengan 2080.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berharap investasi perusahaan asal China, Xinyi Glass Holdings Ltd dapat terealisasikan di Rempang dan tidak berpindah investasi ke negara lain akibat adanya konflik.
Luhut meminta permasalahan pembebasan lahan di Rempang untuk segera diperbaiki untuk dapat memberikan kepastian investor dalam menamamkan modalnya. Nilai investasi yang akan dikucurkan oleh perusahaan asal China tersebut sebesar USD11,5 miliar pada tahap pertama.
"Kita harapkan jangan lah, dulu kan kekonyolan kita juga (investor) lari ke tempat lain. Jadi kita sendiri juga harus introspeksi, apa yang salah. Kita ndak boleh malu-malu, kalau kita salah ya kita perbaikin," katanya saat ditemui pada pembukaan acara Marine Spatial Planning Services Expo (MSPS) 2023 di Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Di tempat terpisah, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa rencana investasi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau harus tetap berjalan demi kepentingan rakyat. Menurutnya, investasi tersebut diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
“Investasi itu bukan seperti menanam buah dari sebuah pohon. Kita ini berkompetisi. FDI (Foreign Direct Investment/Penanaman Modal Asing) global terbesar itu sekarang ada di negara tetangga, bukan di negara kita. Ini kita ingin merebut investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau kita tunggunya terlalu lama, emang dia mau tunggu kita. Kita butuh mereka tapi juga kita harus hargai yang di dalam,” tegas Bahlil dalam keterangan resminya, Senin (18/9/2023).
Bahlil juga menyampaikan bahwa akan banyak kerugian yang akan dirasakan, baik dari segi pendapatan pemerintah maupun perekonomian masyarakat jika potensi investasi tersebut tidak berhasil direalisasikan.
“Ini investasinya total Rp300 triliun lebih, tahap pertama itu Rp175 triliun. Kalau ini lepas, itu berarti potensi pendapatan asli daerah (PAD) dan penciptaan lapangan pekerjaan untuk saudara-saudara kita di sini itu akan hilang,” ujar Bahlil.
(Dani Jumadil Akhir)