JAKARTA - Ekonom Core Indonesia, Yusuf Rendy menyatakan kenaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia 6% akan menjadi tantangan dalam merealisasikan target investasi sebesar Rp1.400 triliun hingga akhir 2023.
Menurutnya kenaikan suku bunga acuan itu juga membuat perbankan di tanah air untuk meningkatan suku bunga kredit. Hal itu memungkinan para pelaku usaha cenderung menahan ekspansi bisnisnya di tengah tingginya tingkat suku bunga di pasar.
"Kalau kita bicara tantangan perekonomian global tentu saat ini eskalasi geopolitik menjadi tantangan utama. Karena kalau kita lihat tangannya utama geopolitik bermuara pada kebijakan perekonomian, salah satunya kebijakan suku bunga terutama di negara-negara maju," ujar Yusuf dalam Market Review IDX Channel, Senin (23/10/2023).
Yusuf menjelaskan kondisi geopolitik tersebut yang berdampak pada perekonomian global itu akhirnya akan direspon masing-masing negara. Bagaimana mengendalikan tingkat inflasi disetiap oleh negara, akhirnya Indonesia bakal lebih kompetitif untuk menggaet minat investor masuk ke dalam negeri.
"Konflik ini akan mendorong keniakan inlfasi secara global, kebijakan suku Bunga ini akan direspon bank sentral. Tangannya disitu," lanjutnya.
Ketika setiap negara mengendalikan inflasinya dengan instrumen kenaikkan suku bunga, maka investor akan cenderung memilih negara dengan suku bunga terendah untuk melakukan ekspansi usahanya. Hal itu bertujuan supaya beban cost of fund perushaan tidak menjadi terlalu berat.
"Di tengah era suku bunga yang tinggi tentu tidak mudah bagi investor ketika mau melakukan ekspansi usaha karena cost of fund akan menjadi lebih besar dan akhirnya investor harus melihat sumber alternatif pembiayaan dan tentu perlu memastikan apakah worth it investasi ke negara tersebut," lanjutnya.
Seperti diketahui Indonesia sendiri mempunyai target untuk mencari investasi hingga Rp1.400 triliun hingga akhir tahun 2024. Hingga kuartal III tahun ini, realisasi investasi sudah mencapai Rp1.053 triliun atau setara 75,2% dari taget tahun tahun ini.
Adapun komposisinya sebesar 53,1% atau setara Rp559,6 triliun merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) dan 46,9% atau setara Rp493,5 triliun merupakan Pejabat Modal Dalam Negeri (PMDN).
(Taufik Fajar)