Direktur Utama PGEO sekaligus Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Julfi Hadi mengatakan tengah menekan biaya dari geothermal, menciptakan value, serta memperbanyak value dari energi panas bumi.
BACA JUGA:
“Kita punya scale dan volume dari resource itu untuk make a different untuk memajukan geothermal ini,” kata Julfi dalam Chief Talk Okezone di Jakarta.
Dia mengungkapkan, bahwa dulu geothermal hanya menggunakan temperatur tinggi dari panas bawah gunung mencapai 220 derajat lebih.
Kini, pihaknya diharuskan memakai temperatur rendah hingga sedang.
“Jadi mengcreate value di mana dulu CODnya tujuh sampai delapan tahun. Sekarang, menjadi tiga sampai empat tahun,” ujar Julfi.
Dirut PGE Julfi Hadi menambahkan bahwa formula kedua dan ketiga adalah secondary product yang tengah menarik di dunia seperti green hidrogen, green metanol, silica, dan karbon.
“Itu akan membuat commerciality dari project geothermal ini lebih attractive. Dengan new formula yang tetap dibicarakan dengan pemerintah bahwa ini harus diakselerasi dengan insentif-insentif yang benar,” tegasnya.
Julfi kembali menjelaskan, bahwa terdapat kolaborasi dari beberapa stakeholder terkait.
BACA JUGA:
Mulai dari Asosiasi Panas Bumi Indonesia, PGE, IPP, PLN, serta pemerintah agar dapat mengakselerasi geothermal.
Di samping itu, Julfi menuturkan, bahwa negara Kenya sudah dapat mengakselerasi geothermal lebih cepat karena masyarakatnya menyadari bahwa Kenya adalah negara geothermal.
Hal serupa terjadi dengan Turki, negara tersebut memberikan tarif yang double digit untuk 12 hingga 15 tahun supaya bisa dikomersialkan.
(Dani Jumadil Akhir)