Penurunan tersebut terjadi pada semua sektor, yaitu sektor industri pengolahan (5,03 persen yoy), pertambangan (28,57 persen yoy), dan pertanian (21,58 persen yoy).
Meski dari sisi nilai mengalami penurunan, namun volume ekspor mengalami kenaikan sebesar 7,16 persen yoy, mengindikasikan permintaan dari negara-negara mitra masih cukup kuat. Secara kumulatif, ekspor Indonesia selama periode Januari – Oktober 2023 mencapai 214,41 miliar dolar AS.
Pelemahan kinerja perdagangan tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara mitra dagang. Sebagai contoh, impor Amerika Serikat secara keseluruhan masih terkontraksi, meski perekonomian negara dalam tren menguat. Nilai ekspor Indonesia ke AS terkontraksi sebesar -0,51 persen (mtm).
Perlambatan juga terjadi di kawasan ASEAN, tercermin pada ekspor ke Singapura dan Malaysia yang terkontraksi masing-masing sebesar 4,73 persen dan 2,28 persen (mtm).
Namun, ekspor ke Tiongkok masih mencatatkan pertumbuhan, sebesar 11,96 persen mtm, di tengah perlambatan ekonomi negara tersebut.
Impor Indonesia di bulan Oktober 2023 mencatatkan nilai sebesar 18,67 miliar dolar AS atau turun 2,42 persen yoy, imbas penurunan impor bahan baku/penolong. Secara kumulatif, impor Indonesia pada periode Januari – Oktober 2023 mencapai 183,19 miliar dolar AS.
Febrio mengatakan pemerintah akan terus memantau dan menyiapkan berbagai opsi bantalan kebijakan untuk meredam gejolak global serta menjaga stabilitas dan kinerja ekonomi.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujar Febrio.
(Taufik Fajar)