“Kami tidur di rumah warga, masuk ke pasar-pasar, berdiskusi dengan mereka. Dan ternyata ibu-ibu mereka mengeluhkan harga beras tinggi,” paparnya.
Ia juga mendapati anak-anak muda di Bekasi, Jawa Barat yang harus menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
“Kami juga mendengarkan perempuan dan penyandang disabilitas, katanya apakah kami bisa mendapatkan akses yang sama agar kami bisa berkembang dan berjuang,” kisahnya.
Dari pengalaman itu, calon presiden berambut putih itu menyebut kondisi Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sehingga masyarakat berharap pemilu kali ini bisa membawa nasib mereka jauh lebih baik.
Begitu pula dengan petani, yang mengeluhkan pupuk langka. Maka, mereka meminta pupuk mudah dan murah, serta keterserapan hasil produksi.
“Dan luar biasa sekali, mereka menyampaikan, Pak Ganjar kalau cuma menanam singkong saja kami ini petani jagonya. Kami sanggup menyelesaikan itu,” terangnya.
Dari cerita pengalamannya itu, ia bersama Mahfud DM berkomitmen untuk memperbaiki ekonomi rakyat melalui 21 program. Di antaranya program satu keluarga miskin satu sarjana, satu desa satu faskes satu nakes dan lain sebagainya.
“Dan di 315 tempat itu, mereka memberi pesan kepada kami dan menuliskan di punggung kami dengan bahasa lugu dan sederhana. ‘Pak Ganjar Pak Mahfud tolong jangan tinggalkan rakyat’,” tegasnya.
Untuk itu, Ganjar menambahkan, proses politik tanggal 14 Februari 2024 adalah penentuan nasib Indonesia ke depan.
“Biarkan rakyat menentukan sendiri kebebasannya memilih. Biarkan aparatur sipil negara, TNI, Polri bekerja melayani masyarakat, biarkan mereka netral,” tandasnya.
(Taufik Fajar)