3 Faktor Evergrande Dibubarkan, Raksasa Properti China dengan Utang Rp5.202 Triliun

Fadila Nur Hasan, Jurnalis
Kamis 08 Februari 2024 10:01 WIB
Raksasa Properti Evergrade China Punya Utang Rp5.202 Triliun (Foto: Okezone)
Share :

Menyusul perintah likuidasi, saham Evergrande turun 20% di Bursa Efek Hong Kong Senin ini sampai penjualan sahamnya diperintahkan ditangguhkan.

Keputusan pengadilan Hong Kong, menurut para analis, akan berdampak serius pada pasar keuangan negara itu dan diperkirakan memperburuk citra China sebagai negara tujuan investasi internasional.

Bagaimana krisis Evergrande pecah?

Masalah Evergrande dimulai pada 2021, ketika perusahaan gagal membayar lebih dari USD100 juta (Rp1.575 miliar) kepada kreditur asingnya.

Dana itu disebut sebagai utang offshore (luar negeri) atau ekstrateritorial, dan menandakan krisis di sektor properti China yang masih meningkat.

Efeknya juga dirasakan di pasar internasional, terutama pada negara-negara yang mengekspor bahan baku yang digunakan dalam pembangunan seperti Chili, Peru atau Brasil.

Pada saat itu, kewajiban bayar Evergrande sudah mencapai lebih dari US$300 miliar (sekitar Rp4.720 triliun) dan beberapa bahkan curiga apakah China mengalami "momen Lehman Brothers," istilah yang merujuk pada raksasa perbankan investasi Amerika yang menjadi babak pembuka krisis keuangan global pada 2008.

Perusahaan kemudian menghadapi ratusan tuntutan hukum dan diduga memulai proses restrukturisasi utangnya dengan pihak otoritas China.

Evergrande, seperti perusahaan properti China lainnya, tunduk pada peraturan yang dikenal sebagai "kebijakan tiga garis merah”.

Kebijakan tiga garis merah adalah seperangkat peraturan yang ditentukan pemerintah China pada 2020 guna membatasi pembiayaan kepada perusahaan yang mengakumulasi kewajiban berlebihan, melebihi tingkat tertentu – seperti menggunakan utang untuk membiayai operasi - atau tidak memiliki likuiditas yang cukup untuk mengatasi utang jangka pendek.

Selama beberapa dekade, sektor ini terapung berkat pinjaman yang tidak terkendali, sesuatu yang dinilai “ceroboh” oleh bank sentral China.

Baik Evergrande maupun perusahaan real estat lainnya kemudian jatuh ke dalam krisis likuiditas, yang meningkat ketika Beijing menerapkan langkah-langkah untuk mengendalikan kenaikan harga perumahan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya