JAKARTA - Unit usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Digital Aplikasi Solusi atau Digiserve berpeluang mencatatkan saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peluang itu seiring menguatnya portofolio bisnis perusahaan, salah satunya managed solution end-to-end.
Direktur Utama Digiserve Ahmad Hartono menjelaskan, aksi penawaran umum perdana menjadi wewenang atau kebijakan dari Telkom Indonesia selaku induk usaha Digiserve. Menurutnya, emiten bersandi saham TLKM sudah memiliki strategi jitu untuk menggenjot bisnis dari entitas dibawahnya.
Karenanya, posisi Digiserve akan mengikuti setiap kebijakan dan arahan yang ditetapkan induk atau holding, termasuk soal aksi go publik di pasar modal Tanah Air.
“Kalau IPO itu di kami, di Digiserve itu follow kepada kebijakan dari parents, dari induk. Telkom sudah punya skenario terhadap beberapa korporasi atau entitas dibawahnya yang paling siap di-IPO-kan. Kemarin sudah IPO adalah Mitratel,” ujar Ahmad saat media gathering, Jakarta Selatan, Kamis (22/2/2024).
Ahmad memastikan Digiserve akan menyiapkan semua keperluan baik teknis dan regulasi, bila Telkom Indonesia menghendaki perusahaan harus melantai di pasar modal.
“Jadi dari kami terkait IPO itu kami follow, jadi misalnya diminta ‘tolong di Digiserve siapkan ini itu segala macam’, kami siapkan, tapi kapan dan bagaimana IPO itu adalah strategi dari level Telkom,” paparnya.
Di luar peluang IPO, Digiserve terus menguatkan core business atau bisnis utamanya untuk mendukung segmen usaha Telkom, yakni business to business (B2B). Sepanjang tahun ini, BUMN telekomunikasi ini membidik kerja sama dengan lima korporasi terkemuka di Tanah Air.
Tiga korporasi diantaranya, perusahaan retail PT Indomarco Prismatama atau Indomaret, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau pengelola jaringan toko Alfamart, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP). Kerja sama ini terkait perluasan pasar customer Digiserve.
Tak hanya itu, Digiserve menargetkan memenangkan beberapa proyek terkait perluasan pasar customer di lingkup perusahaan pelat merah.
“Terus, apa projek besar yang kami sasar? Jadi paling tidak ada lima korporasi besar yang menjadi target kami, tiga korporasi sudah kami menangkan market-nya, diantaranya adalah Indomaret yang juga baru dimenangkan proyek,” bebernya.
“Kedua di Alfamart yang juga baru dimenangkan perpanjangan sekaligus penambahan, dan ketiga adalah Mitra Adiperkasa. Masih ada ada beberapa target customer lagi yang kami targetkan dan menangkan, termasuk di BUMN lain,” ucap Ahmad.
Pendapatan Digiserve
Digiserve menargetkan pendapatan tumbuh 35% dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Proyeksi ini setelah perusahaan menorehkan peningkatan baik bisnis, pelayanan, dan operasional pada 2023.
Ahmad mengungkapkan pada 2023, perusahaan berhasil memacu pertumbuhan bisnis melalui terobosan produk dan layanan bagi para pelanggan.
Dukungan kuat Telkom Group pun semakin memantapkan langkah Digiserve dalam menjawab kebutuhan pasar dan bisnis ICT Managed Solutions atau solusi pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi) di Indonesia.
"Kami bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh pelanggan, mitra kerja termasuk media yang sudah berkontribusi positif untuk pengembangan bisnis ICT Managed Solutions Digiserve,” ujar Ahmad.
Dia mencatat, sejumlah capaian penting yang diraih selama 2023, terutama pendapatan layanan MNS SDWAN yang tumbuh 26 persen, kemudian menjadikan portofolio MNSS sebagai penyumbang total contract value (TCV) terbesar di tahun lalu dengan kontribusi pendapatan 76.68 persen.
“Dan juga kepada seluruh karyawan yang sudah bekerja keras selama ini untuk bersama-sama mewujudkan tercapainya target perusahaan di tahun 2023. Seluruh tim Digiserve telah bersinergi dan berkolaborasi dengan sangat baik demi mendorong perusahaan dalam meraih targetnya," paparnya.
Untuk bisa merealisasikan pertumbuhan pendapatan sebesar 35 persen, lanjut Ahmad Hartono, Digiserve fokus mengembangkan tiga portofolio utama, yakni Managed Network and Security Services (MNSS). Bisnis ini terdiri dari layanan managed network, network and security convergence, dan cyber security.
Portofolio kedua, Managed Digital Productivity (MDP) terdiri dari layanan integrated management platform, unified communication and collaboration, serta professional services. Sedangkan portofolio ketiga adalah Managed Cloud Services (MCS) berupa layanan modern cloud services dan hybrid cloud services.
Untuk mendukung ketiga portofolio tersebut, Digiserve bermitra dengan beberapa perusahaan teknologi kelas dunia, seperti VMware by Broadcom yang saat ini sudah menjadi official partner Digiserve, Cisco, Fortinet dan Versa untuk solusi layanan Software Defined Wide Area Network (SDWAN).
Digiserve juga berpartner dengan Microsoft dan Servicenow untuk kebutuhan transformasi digital pelanggannya. Saat ini, Digiserve juga terus memperkuat portofolio cyber security dengan meluncurkan solusi threat intelligence, di mana hal ini sangat dibutuhkan untuk memperkuat sistem perlindungan data pribadi.
Tak hanya itu, Ahmad juga menyampaikan proyeksi bisnis dan tren ICT Managed Services di 2024, di mana market portofolio produk MNSS memiliki potensi kenaikan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 10 persen dari 2023 ke 2026.
Untuk meningkatkan market share portofolio MNSS, Digiserve telah menyiapkan teknologi berupa Secure Access Service Edge (SASE) sejak 2023. Sementara, market MDP, pertumbuhan pasar untuk professional services terhitung masih cukup tinggi.
Karena itu, Digiserve menawarkan layanan professional services untuk market di luar kebutuhan Telkom Group sebagai pasar potensial, di mana banyak pelanggan segmen enterprise yang membutuhkan sumber daya professional services untuk keperluan transformasi digital.
Sedangkan, pasar MCS juga dinilai besar, termasuk services didalamnya. Ahmad menyebut, Digiserve akan lebih agrasif di dalam mengembangan portofolio produk MCS dan melakukan penetrasi pasar.
(Feby Novalius)