Uang Beredar saat Ramadhan dan Lebaran 2024 Diproyeksi Rp170 Triliun

Atikah Umiyani, Jurnalis
Jum'at 12 April 2024 18:57 WIB
Uang beredar saat Ramadhan dan Lebaran (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Uang beredar pada saat Ramadhan dan Lebaran akan meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat secara umum (mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam) dan naiknya mobilitas publik terkait mudik.

Sehingga dirinya mengakui bahwa memang ada peningkatan persediaan uang kartal oleh BI untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurutnya, sejalan dengan normalisasi pasca pandemi COVID-19, mobilitas publik diprediksi akan lebih tinggi dari tahun lalu maka wajar jika uang kartal yang disediakan oleh BI juga meningkat tahun ini.

"Oleh sebab itu, terdapat potensi tambahan uang beredar (M2) sekitar Rp 150-170 triliun pada momentum Ramadan dan Idul Fitri tahun ini," jelas Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, Jumat (12/4/2024).

Josua menuturkan, biasanya perputaran uang akan meningkat cepat baik di kota maupun daerah, namun menjelang Lebaran sejalan dengan adanya mudik, perputaran uang di daerah akan cenderung lebih cepat.

"Tentunya perputaran uang yang lebih cepat akan menggerakan roda perekonomian karena ativitas transaksi perdagangan barang dan jasa akan meningkat," urai Josua.

Adapun sektor-sektor ekonomi yang berpotensi memiliki dampak positif di tengah momentum Idul Fitri dan mudik lebaran, dimana yang berkaitan dengan belanja masyarakat, antara lain sektor perdagangan, jasa penyediaan akomodasi & makananan-minuman berkaitan dengan belanja masyarakat yang meningkat terutama belanja makanan dan kebutuhan penunjang saat lebaran.

Selain itu, terkait dengan aktivitas mudik, maka sektor transportasi secara keseluruhan, baik transportasi darat, laut, udara dan kereta api juga cenderung akan meningkat sejalan dengan peningkatan pembelian tiket mudik.

"Secara umum, hitungan kami dampak Ramadan dan Lebaran ke ekonomi adalah dapat mendorong pertumbuhan sebesar 0,14 - 0,25 ppt. Jadi kami masih lihat pada 1Q24 ekonomi Indonesia cukup berpeluang untuk tumbuh di kisaran 5 – 5,1%," ungkap Josua.

Dia menambahkan, beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut adalah meningkatnya belanja pemerintah terutama terkait bansos dan pelaksanaan Pemilu (belanja negara sampai dengan 15 Maret 2024 naik 18.1% yoy), dan adanya low-base effect dari 1Q23 karena periode terlama Ramadan bergeser dari April pada tahun lalu (triwulan 2) menjadi Maret pada tahun ini (triwulan 1).

"Memang benar inflasi yang dalam tren meningkat karena kenaikan harga pangan dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi pada 1Q24 karena dapat mengganggu daya beli masyarakat. Namun faktor THR, bonus, serta kenaikan gaji dapat menahan penurunan daya beli akibat inflasi terutama bagi golongan middle income," terang Josua.

Dia juga berpendapat, pemerintah harus mulai mendesign kebijakan untuk membantu daya beli kelas menengah dan segera dapat menurunkan inflasi pangan karena jika tidak maka kemungkinan momentum Ramadan dan Lebaran di mana tidak hanya primer, melainkan konsumsi sekunder dan tersier akan naik, bisa menjadi terganggu karena faktor inflasi pangan.

"Kami melihat tantangan ekonomi pada periode Ramadan adalah pengendalian inflasi pangan di tengah supply yang terganggu karena El Nino, cuaca ekstrim, dan terganggunya jalur distribusi, namun demand yang meningkat secara musiman," tutupnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya