JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan langkah sepatu Bata dalam melakukan penutupan pabrik di Purwakarta sebagai langkah yang kurang tepat. Perusahaan pun diminta untuk membuka kembali pabrik yang ditutup.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Adie Rochmanto Pandiangan berharap sepatu Bata bisa membuka kembali pabriknya di Indonesia dengan kapasitas yang lebih besar setelah kondisi perusahaan membaik.
Bukan tanpa alasan, pasalnya menurut Adie saat ini kondisi industri sepatu nasional sedang mengalami pertumbuhan yang konsisten dengan kebijakan pengendalian terhadap impor barang jadi (konsumsi) dan jaminan bahan baku.
Adie menegaskan, salah satu faktor yang menyebabkan sepatu Bata menutup pabriknya di Purwakarta karena inefisiensi produksi dan produk yang tidak memenuhi selera konsumen. Sehingga perusahaan diharapkan mulai memilih untuk lebih fokus pada lini bisnis retail.
“Dari data yang ada, pabrik Sepatu Bata sebelum penutupan hanya menyisakan 233 orang karyawan dan produksi yang hanya 30% dari kapasitas. Di sisi lain terjadi juga penurunan produksi di pabrik tersebut, dari sebelumnya 3,5 juta pasang pada tahun 2018, menurun menjadi 1,15 juta pasang di tahun 2023," kata Adie dalam pertemuan bersama manajemen sepatu Bata, Rabu (8/5/2024).
"Dampaknya, PT Sepatu Bata Tbk mengalami peningkatan kerugian setiap tahun, terus menurunnya nilai aset, menurunnya ekuitas, serta liabilitas yang terus meningkat," tandasnya.
Untuk diketahui, manajemen sepatu Bata yang diwakili oleh para direksi yaitu Hatta Tutuko, Ahmad Danial, dan Prima Andhika Irawati menyebut bahwa penutupan dilakukan sebagai strategi bisnis perusahaan.
Manajemen mengungkap bahwa saat ini sedang refocusing pada lini penjualannya (store), guna menghadapi persaingan industri sepatu di dalam negeri.
(Taufik Fajar)