JAKARTA - Pemilik sekaligus CEO Tesla Inc dan SpaceX Elon Musk optimistis bahwa krisis ketersediaan air secara global dapat diatasi.
Hal tersebut menimbang kondisi planet bumi dengan 72% merupakan perairan. Elon Musk menilai bahwa yang perlu dipikirkan saat ini yakni dari segi proses pengolahan air.
“Jadi, ketika saya berbicara dengan orang-orang yang banyak membaca di Amerika Serikat, mereka seringkali berpikir, krisis air tidak dapat diselesaikan, konsumsi air sangat tinggi, dan tidak akan sebaik dulu. Namun nyatanya, ini sangat bisa dipecahkan,” kata Elon Musk dalam pembukaan World Water Forum ke-10 2024, di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (20/5/2024).
Elon Musk mengatakan, efisiensi desalinasi menjadi salah satu solusi dalam penyelesaian permasalahan krisis ketersediaan air.
Desalinasi sendiri merupakan proses menghilangkan kadar garam dari air, sehingga air tersebut menjadi air bersih yang dapat dikonsumsi masyarakat. Proses desalinasi sebelumnya dinilai sebagai proses yang membutuhkan energi dan mahal.
Namun proses tersebut, menurut Elon Musk, dapat diterapkan dengan efektif dan murah apabila memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) dari matahari.
"Dan kami terus melakukan terobosan dalam efisiensi desalinasi dan saya rasa kami sudah melakukannya. Kita mempunyai masa depan air yang baik dan saya pikir masa depan energi berkelanjutan yang baik juga ada di depan kita," ujarnya.
Elon Musk Bahas PLTS
Elon Musk menilai bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dapat menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan krisis ketersediaan air global.
Meskipun masih memerlukan riset yang mendalam, ia menjelaskan bahwa PLTS mempunyai potensi sebagai penyumbang energi baru terbarukan (EBT) yang lebih murah serta efektif untuk proses desalinasi air laut guna menyediakan air bersih.
“Kami terus melakukan terobosan dalam efisiensi desalinasi, dan saya rasa kami sudah melakukannya. Kita mempunyai masa depan air yang baik, dan saya pikir masa depan energi berkelanjutan yang baik juga ada di depan kita," kata Elon Musk.
Desalinasi sendiri merupakan proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga air tersebut menjadi air bersih yang dapat dikonsumsi masyarakat. Proses desalinasi sebelumnya dinilai sebagai proses yang membutuhkan energi dan mahal. Namun proses tersebut, menurut Elon Musk, dapat diterapkan dengan efektif dan murah apabila memanfaatkan energi matahari.
Dia mengungkapkan bahwa harga baterai untuk menyimpan energi juga turun drastis. Biaya penyimpanan listrik dengan baterai telah turun 10 kali lipat dalam lima tahun terakhir.
Elon Musk merinci, PLTS dapat menghasilkan sekitar satu gigawatt (GW) per kilometer (km) persegi yang didapat dari sinar radiasi matahari di permukaan.
“Namun tentu matahari tidak bersinar sepanjang waktu. Jadi ketika Anda menjaring semuanya, berapa banyak energi per hari yang dihasilkan satu kilometer persegi? Kira-kira satu gigawatt per kilometer persegi, per hari. Itu merupakan jumlah yang cukup banyak,” jelasnya.
Dia memberikan analogi lain bahwa sebagian panas matahari yang didapat dari gurun Sahara, mempunyai potensi untuk menghasilkan listrik untuk seluruh wilayah Eropa. Namun, besarnya tenaga surya yang tersedia seringkali kurang dipahami dengan baik. Padahal, menurutnya, perhitungannya sangat jelas.
Oleh karena itu, pemanfaatan energi tersebut dapat menjadi salah satu solusi untuk menyediakan ketersediaan air bersih di seluruh dunia.
“Desalinasi, seperti yang telah diketahui oleh sebagian besar orang, kini menjadi sangat murah. Memang benar, ketersediaan air bersih hanyalah soal energi dan pengangkutan air,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan kolaborasi menjadi kata kunci bagi keberhasilan dunia dalam mengatasi tantangan global terkait air.
"Dengan berkumpulnya kita di Bali hari ini, tentu Indonesia berharap dunia dapat saling bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air," katanya.
Jokowi mengatakan ketersediaan air bersih yang semakin menipis adalah tantangan global saat ini.
Bahkan, di tahun 2050, kata Jokowi, 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80 persen pangan dunia diprediksi paling rentan mengalami kekeringan.
"No water, no life, no growth. Oleh sebab itu, air harus dikelola dengan baik, karena setiap tetesnya sangat berharga," katanya dilansir Antara.
Adapun dunia hanya memiliki waktu tujuh tahun untuk mengejar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama yang berkaitan dengan air. Polusi air dan perubahan iklim menjadi penyebab yang mendesak. Saat ini, 4 juta orang hidup di wilayah krisis air.
World Water Forum Ke-10 Tahun 2024 yang diselenggarakan bersama Pemerintah Indonesia dan Dewan Air Dunia (World Water Council (WWC), mengusung tema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” atau “Water for Shared Prosperity”. Forum tersebut diharapkan memberikan solusi dalam menyediakan air untuk seluruh kehidupan.
Para pemimpin, kepala negara, dan puluhan ribu delegasi global akan bertukar gagasan dan pemikiran dalam mencari solusi masalah air dunia dalam forum yang digelar pada 18-25 Mei di Bali, Indonesia.
Lebih dari 200 sesi diskusi akan fokus memperkuat kemampuan dalam mengatasi berbagai tantangan dalam menyediakan air bersih dan adil bagi semua.
(Dani Jumadil Akhir)