JAKARTA - Aksi boikot terkait Israel-Palestina memang berpengaruh negatif terhadap Starbucks. Namun, ternyata bukan hanya itu masalah yang dihadapi raksasa waralaba kopi ini.
Di luar cabang-cabang gerai kopi Starbucks di Amerika Serikat, para pengunjuk rasa menggelar aksi menuntut gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Pada 7 Oktober 2023, serangan Hamas di Israel selatan menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 252 orang lainnya. Serangan balasan Israel setidaknya mengakibatkan 36.170 orang tewas di seluruh Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Starbucks adalah satu dari merek asal Amerika Serikat yang menghadapi penolakan atau reaksi keras karena dituduh berafiliasi dengan Israel. Perusahaan waralaba kopi ini menyalahkan kesalahan informasi terhadap pandangannya setelah mengeluarkan pernyataan umum yang mengecam kekerasan di wilayah tersebut.
“Baik Starbucks maupun mantan pemimpin, presiden, dan CEO perusahaan, Howard Schultz, tidak memberikan dukungan finansial kepada pemerintah Israel dan/atau Angkatan Darat Israel dengan cara apa pun,” tulis Starbucks dalam pernyataan resminya dikutip BBC Indonesia, Jumat (14/6/2024).
Namun, analisis Bank of America menyebut seruan boikot Starbucks kian merebak di media sosial pada Januari dan ini terus berlanjut.