SPECIAL REPORT: Tanda-Tanda Ekonomi Melambat

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Minggu 11 Agustus 2024 07:43 WIB
Special Report Okezone: Tanda-Tanda Ekonomi Melambat (Foto: Okezone)
Share :

Airlangga juga membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi jika dibandingkan negara lain. China hanya tumbuh 4,7%, Singapura tumbuh 2,9%, Korea Selatan 2,3% dan Meksiko tumbuh sekira 2,24%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung oleh inflasi yang terkendali, di mana pada Juli 2024, inflasi Indonesia tercatat 2,13% year on year (YoY).

"Di tengah ketidakpastian global, fundamental ekonomi kita masih baik. Dibandingkan dengan China kita masih lebih tinggi," ujar Airlangga.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 masih dalam kondisi yang cukup baik meski pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat jadi 5,05% di kuartal II-2024.

"Saat ini BPS menyampaikan growth di kuartal kedua yang cukup baik, yang masih cukup baik dan memiliki momentum yang harus kita jaga, konsumsi, investasi, ekspor, impor yang kita akan perhatikan," kata Sri Mulyani.

Pada semester II-2024, Sri Mulyani menambahkan, pemerintah masih akan melihat faktor yang mampu menjaga agar pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga pada tingkat antara 5,1% hingga 5,2%. Meski menurutnya hal ini tentulah tidak mudah karena saat ini perekonomian global cenderung mengalami perlemahan dan fragmentasi.

Sementara itu, Ekonom CORE Indonesia Hendri Saparini mengungkapkan perlambatan ekonomi di kuartal II tersebut disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, disebabkan oleh faktor musiman, di mana pada kuartal sebelumnya terdapat Ramadan dan Lebaran. Sedangkan pada kuartal II, tidak ada faktor yang dapat secara signifikan mendorong perekonomian.

Kedua, karena konsumsi masyarakat, terutama dari kalangan menengah atas dan menengah bawah yang cenderung melambat. Menurutnya, konsumsi masyarakat yang tumbuh tinggi pada saat ini hanya berasal dari kalangan masyarakat atas saja, sementara kalangan masyarakat bawah tetap stabil.

“Kelas menengah mengalami gelombang PHK, gelombang kenaikan harga dan sebagainya itu melandanya bukan ke kelompok 40% ke bawah, tetapi kelas menengah, mau menengah ke bawah atau menengah ke atas. Itu makanya spending mereka juga turun," kata Hendri.

Kemudian ekspor dan investasi melambat seiring dengan perlambatan ekonomi global, termasuk di negara-negara tujuan ekspor Indonesia seperti China. Dia mengatakan bahwa sulit bagi Indonesia untuk menemukan pasar baru karena sebagian besar produk ekspor Indonesia adalah barang-barang primer.

Hendri berpesan jika tidak ingin perlambatan ekonomi kembali terjadi di kuartal III dan IV, pemerintah dianggap perlu menciptakan sumber atau driver ekonomi baru.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya