SPECIAL REPORT: RI Deflasi 5 Bulan Beruntun, Daya Beli Turun hingga Makan Tabungan

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Minggu 06 Oktober 2024 10:23 WIB
Special Report: RI Deflasi 5 Bulan Beruntun. (Foto: Okezone.com)
Share :

JAKARTA - Indonesia mengalami deflasi selama 5 bulan beruntun. Kondisi ini menimbulkan perbedaan pendapat antara pemerintah dengan pengamat ekonomi. Pemerintah mengklaim deflasi 5 bulan beruntun bukan suatu hal yang negatif bagi ekonomi dan upaya untuk menekan inflasi, namun data ekonom berbicara bahwa kondisi deflasi 5 bulan beruntun menandakan kondisi daya beli masyarakat turun hingga harus makan tabungan.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12%. Secara tahunan, masih terjadi inflasi sebesar 1,84%.

“Deflasi pada September 2024 terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi kelima pada tahun 2024 secara bulanan,” ungkap Amalia di Jakarta, Selasa (1/10/2024).

Tren deflasi telah berlangsung sejak Mei 2024, dengan rincian deflasi 0,03% pada Mei, 0,08% pada Juni, 0,18% pada Juli, 0,03% pada Agustus dan 0,12% pada September.

Deflasi lebih dari tiga bulan berturut-turut ini menjadi yang terpanjang setelah krisis yakni pada 1999. Saat itu, deflasi terjadi selama 7 bulan beruntun. Pada tahun 1999 setelah krisis finansial di Asia, Indonesia pernah mengalami deflasi 7 bulan berturut-turut selama bulan Maret 1999 sampai September 1999.

"Karena akibat dari penurunan harga beberapa barang pada saat itu, setelah diterpa inflasi yang tinggi karena terjadi depresiasi nilai tukar rupiah tetapi kemudian tekanan deflasinya menurun otomatis harga-harga kembali pada keseimbangannya dan ini menyebabkan deflasi," jelasnya.

Amalia juga menjelaskan, deflasi selama 2 sampai 3 bulan berturut-turut pernah terjadi pada Desember 2008 hingga Januasi 2009 dan Juli sampai September 2020. "Kalau kita melihat deflasi yang berturut-turut selama lima bulan di tahun ini, tentunya kita bisa mencermati secara jelas faktor yang mempengaruhi deflasi atau penurunan harga. Jadi deflasi itu dibentuk karena adanya harga yang turun," terang Amalia.

Penyebab Deflasi

Penyebab deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,59%. Komoditas dominan yang memberikan andil deflasi di antaranya adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, dan tomat.

Berdasarkan ilmu ekonomi, deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah. Ekonomi yang mengalami deflasi akan menunjukkan gejala harga-harga, gaji, dan upah menurun.

Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi, ketika terjadi deflasi maka harga jasa dan barang-barang akan menurun, sedangkan ketika terjadi inflasi maka harga jasa dan barang-barang akan meningkat. Selain itu, bila deflasi terjadi akibat kurangnya jumlah uang yang beredar di masyarakat, sedangkan inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan cara menurunkan tingkat suku bunga

Dampak Deflasi 5 Bulan Beruntun

Ekonom CORE Indonesia Muhammad Faisal mengungkapkan fenomena deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut ini menandakan daya beli masyarakat yang kian melemah. Hal ini terlihat dari tingkat penjualan barang bukan primer seperti pakaian, alas kaki, peralatan komunikasi dan lainnya yang terus menurun sejak 2023 hingga saat ini.

Hal ini, menurutnya, dikonfirmasi dari sisi tingkat pendapatan masyarakat dan jumlah tabungan yang kian menurun. Dari sisi pendapatan atau upah riil yang dipantau secara per kapita dan per bulan di 2024 pada Februari hanya tumbuh 0,7%. Hal ini katanya sangat tidak biasa jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5%.

Dari sisi tabungan, berdasarkan data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pertumbuhan nilai rekening untuk jumlah tabungan di bawah Rp100 juta hanya 3% pada akhir 2023, sehingga jumlah tabungan orang Indonesia sebanyak 99 persen hanya berada di bawah Rp100 juta.

Dalam data yang sama, rerata saldo tabungan masyarakat di bank per April 2024 memang mengalami penyusutan jika dibandingkan dengan posisi sebelum Pandemi Covid -19 tahun 2019. Rerata saldo masyarakat yang disimpan di Bank pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp3 juta per nasabah, sedangkan posisi April 2024 rerata saldo nasabah di Bank hanya berkisar Rp1,8 juta per nasabah

“Jadi ketika kebutuhan hidup meningkat, harga barang-barang tidak tinggi tetapi karena upahnya atau tingkat pendapatannya rendah, tetap saja tidak cukup sehingga mereka harus memanfaatkan pilihannya kalau tidak manfaatkan tabungan, kalau mereka punya tabungan, kalau tidak mereka terpaksa meminjam. Tidak heran kalau tingkat pinjaman, termasuk pinjaman online mengalami peningkatan yang luar biasa setelah pandemi. dan itu didorong juga oleh digitalisasi. Lebih jauh lagi ini, kalau kita kaitkan dengan data transaksi judi online juga sama ada peningkatan setelah pandemi. jadi ini berkaitan satu sama lain,” kata Faisal.

Sementara itu, para pengusaha yang tergabung di Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) khawatir ada penurunan daya beli masyarakat di balik deflasi 5 bulan beruntun. Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani menyebut deflasi memang menjadi tanda baik dari penurunan harga pangan yang belakangan mengerek inflasi.

Namun, kontribusi daya beli masyarakat juga menjadi kunci utama dari pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dia khawatir penurunan daya beli masyarakat akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.

"Kalau inflasi sangat terjaga kan, kalau kita lihat deflasi pangan. Cuma bagaimana pengaruhnya ke daya beli masyarakat, karena konsumsi kita sudah liat bahwa pasar domestik menjadi kunci utama di ekonomi kita," ungkap dia ditemui di Menara Kadin Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu (2/10/2024).

Menteri Jokowi Buka Suara soal Deflasi 5 Bulan Beruntun

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut merupakan hasil kerja keras pemerintah untuk menekan inflasi.

"Jadi, kalau kita bilang inflasinya turun, (jadi) deflasi, ya ini karena ada extra effort oleh pemerintah menurunkan volatile food. Salah satu misalnya, untuk beras kan pemerintah juga melakukan importasi beras untuk menjaga stok," ujar Airlangga di Jakarta, Rabu.

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini deflasi yang telah terjadi selama lima bulan beruntun ini bukan sinyal negatif bagi perekonomian.

Hal itu karena deflasi disebabkan oleh komponen harga bergejolak (volatile food) yang berkaitan dengan komoditas pangan. Dengan deflasi pangan, maka harga bahan makanan di pasar dalam kondisi stabil atau bahkan menurun.

"Deflasi lima bulan terakhir terutama dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut saya, ini suatu perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat," kata Sri Mulyani di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya