JAKARTA – Industri baja dalam negeri menghadapi ancaman impor baja murah dari China. Dengan kelebihan kapasitas global sebesar 632 juta ton pada tahun 2022 dan tambahan 158 juta ton yang diantisipasi pada tahun 2026 ancaman tersebut semakin nyata.
Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi akibat kelebihan kapasitas global. Direktur Eksekutif IISIA Widodo Setiadharmaji, menekankan ancaman dari impor baja murah asal Tiongkok menjadi perhatian utama.
Para pemimpin industri menyerukan perlunya kebijakan dan langkah perlindungan perdagangan yang lebih kuat untuk melindungi industri baja domestik Indonesia dari lonjakan ini.
Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi di PUPR Nicodemus Daud menilai penggunaan baja yang sesuai standar dalam proyek infrastruktur nasional, serta dukungan kementerian terhadap industri domestik.
"Produk yang tidak memenuhi standar seharusnya tidak digunakan dalam proyek yang menjamin keselamatan publik. Kami akan terus mempromosikan penggunaan baja dalam negeri di semua proyek konstruksi nasional," katanya, Jumat (11/10/2024).
Sementara itu, Kepala Kebijakan Standarisasi dan Layanan Industri (PPPPSI) di Kementerian Perindustrian Sri Bimo Pratomo menekankan pentingnya penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk meningkatkan daya saing baja lokal.
Kepala Bidang Perdagangan di POSCO Kim Jin-joo membahas dampak global dari Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) serta perlunya produsen lokal mengadopsi teknologi produksi baja yang berkelanjutan. Yosia dari Krakatau Posco juga memperkenalkan produk-produk inovatif seperti baja tahan gempa dan baja tarik tinggi, serta menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan pada impor murah untuk melindungi keselamatan publik dan mendukung produksi domestik.
Forum ini menekankan bahwa kerja sama erat antara pemerintah dan perusahaan baja nasional sangat penting untuk menjaga keseimbangan pasar, mengatasi tantangan masa depan, serta meningkatkan daya saing dan keberlanjutan industri baja Indonesia. Intervensi pemerintah sangat diperlukan untuk melindungi industri baja nasional dari serbuan impor baja murah asal Tiongkok. Tanpa dukungan tersebut, industri baja domestik menghadapi risiko kerugian dan potensi kebangkrutan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)