JAKARTA - Boeing memangkas 17.000 pekerja hingga menunda produksi. Keputusan ini diambil karena kerugian perusahaan yang terus meningkat yang diakibatkan oleh mogok para pekerja.
Pemogokan ini dikabarkan menghentikan sebagian besar operasi pabrik Boeing dan memengaruhi dalam proses peluncuran pesawat berbadan lebar 777x hingga 2026 nanti. Aksi mogok ini menciptakan tekanan finansial yang besar pada perusahaan Boeing.
“Bisnis kita sedang berada dalam posisi yang sulit dan tantangan yang kita hadapi sangat besar” ujar CEO Boeing, Kelly Ortberg. Senin, (14/10/2024).
Ia menekankan bahwa pemulihan Boeing memerlukan keputusan sulit dan perubahan struktural agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dalam jangka panjang dan tetap kompetitif.
Kerugian yang dialami oleh perusahaan Boeing diperkirakan mencapai USD1,3 miliar atau sama dengan Rp20,14 triliun (Kurs Rp15,492 per USD) pada kuartal ini. Kerugian tersebut dipicu oleh aksi mogok yang telah berlangsung dari 13 September 2024. Sebanyak 30.000 pekerja mesin yang tergabung dalam Asosiasi Internasional Pekerja Mesin dan Pekerja Dirgantara (IAM) berhenti bekerja.
Mogok terjadi karena para pekerja menolak kesepakatan kontrak yang diajukan oleh Boeing Karena dianggap tidak memenuhi tuntutan para pekerja mengenai upah dan kondisi kerja. Akibat dari aksi mogok ini menyebabkan Boeing mengeluarkan biaya operasional yang tinggi tanpa adanya pemasukan dari produksi.