Sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, Kementerian Pertanian melalui Pusat Standarisasi Perkebunan dan Balai Komoditas Standarisasi Tanaman Pemanis dan Serat telah berhasil mengembangkan dan memperkenalkan varietas unggul dengan potensi hasil yang lebih tinggi. Varietas-varietas unggul ini mampu mencapai produktivitas antara 1,5 hingga 2 ton per hektar. Dengan penerapan teknologi budidaya modern yang disarankan oleh Kementerian Pertanian, para petani dapat meningkatkan hasil panen secara signifikan.
Usahatani wijen di Indonesia menunjukkan bahwa dengan budidaya wijen menggunakan varietas unggul, return on investment (ROI) yang dapat dicapai mencapai 40,82%. potensi keuntungan yang signifikan per hektar. Data dari Kabupaten Sukoharjo, sistem tanam monokultur wijen menghasilkan produksi rata-rata 772 kg per hektar dengan harga jual Rp6.000 per kg, sehingga total penerimaan mencapai Rp4.632.000 per hektar.
Setelah dikurangi biaya sarana produksi sebesar Rp332.508 dan biaya tenaga kerja Rp646.333, pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah Rp3.653.159 per hektar. Angka ini menunjukkan bahwa usaha budidaya wijen merupakan pilihan usaha pertanian yang cukup menguntungkan, apalagi ditanam dimusim kering dan minimal input telah memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Penerapan varietas unggul dan praktik budidaya yang lebih efisien juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor biji wijen dan memperkuat posisi sebagai produsen wijen yang kompetitif di pasar global. Selain itu, tanaman wijen memiliki risiko gagal panen yang lebih kecil karena tahan terhadap kekeringan, hama uret, dan tidak disukai oleh hama seperti babi dan kera. Oleh karena itu, penyuluhan, pelatihan, dan dukungan teknologi kepada petani menjadi langkah strategis yang perlu terus dikembangkan untuk memastikan adopsi yang luas dan peningkatan produktivitas secara berkelanjutan.
Hingga saat ini, telah dilepas enam varietas unggul wijen unggulan oleh Keenterian Pertanian, yaitu Sbr-1, Sbr-2, Sbr-3, Sbr-4, Winas-1, dan Winas-2. Namun, kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan adalah banyak petani belum memahami teknik budidaya wijen secara efektif, mulai dari pemilihan benih unggul hingga teknik pascapanen yang tepat. Selain itu, akses ke pasar dan industri pengolahan hasil panen wijen masih terbatas, membuat petani ragu untuk mengembangkan tanaman ini secara lebih luas.
(Dani Jumadil Akhir)